Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja PT Bank Mandiri (BMRI) samar terjadi di tengah pandemi Covid-19. Permintaan kredit yang menurun serta jumlah restrukturisasi yang meningkat jadi pemberat pertumbuhan kinerja.
Lee Young Jun Analis Mireae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan pelemahan ekonomi akibat pandemi membuat sektor perbankan jadi lebih berisiko jika dibandingkan dengan sektor lain. "Kami tidak melihat adanya pertumbuhan kinerja perbankan di tahun ini," kata Young Jun, Kamis (6/8).
Faktor pemberat kinerja perbankan adalah rendahnya perolehan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Selain itu, tingginya biaya kredit serta pertumbuhan pinjaman yang cenderung stagnan juga memberatkan kinerja perbankan.
Baca Juga: MTF salurkan pembiayaan baru sebesar Rp 8,84 triliun sepanjang semester I
Di kuartal II-2020, Young Jun memproyeksikan net interest income BMRI menurun 7% secara tahunan karena perlambatan pertumbuhan pinjaman dan rendahnya perolehan NIM. Selama PSBB, BMRI juga tidak bisa agresif menyaluran pinjaman baru.
Young Jun juga memproyeksikan biaya pencadangan (provisi) BMRI akan meningkat karena pinjaman dengan perhatian khusus atawa special mention loans (SML) bisa berubah menjadi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). "Kami perkirakan biaya provisi melonjak 100%," kata Young Jun.
Usaha BMRI meningkatkan kinerja semakin berat, karena masih terus melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur Bank Mandiri yang terdampak pandemi. Hingga 7 Juni 2020, Bank Mandiri telah menyetujui restrukturisasi kredit 404.000 debitur dengan jumlah kredit sebesar Rp 99 triliun.
Baca Juga: Mobile banking makin laris, bank tidak ingin ngotot menambah ATM