Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi geopolitik ekonomi memanas seiring kebijakan tarif resiprokal yang akan diberlakukan Amerika Serikat pada 9 April mendatang.
Negara-negara Asia, termasuk Indonesia dan Tiongkok, tengah menyiapkan respons strategis untuk meminimalisir dampaknya terhadap perekonomian domestik dan pasar modal.
VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan bahwa periode saat ini hingga 9 April akan menjadi momen penentu.
“Ini fase krusial. Setiap negara harus mengambil langkah strategis sebelum dampaknya menjalar luas ke pasar keuangan. Tiongkok bahkan sudah mengumumkan tarif balasan sebesar 34% yang mulai berlaku pada 10 April,” jelas Audi.
Baca Juga: Pemerintah Dikejar Tenggat 9 April 2025 untuk Respon Kebijakan Tarif Resiprokal AS
Indonesia sendiri tak tinggal diam, Pemerintah disebut mengutus perwakilan untuk bernegosiasi langsung ke AS agar membahas tarif 32% yang berpotensi dikenakan terhadap sejumlah komoditas ekspor nasional.
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai pasar akan sangat rentan terhadap sentimen negatif tersebut, apalagi setelah libur panjang Lebaran.
Baca Juga: Kena Tarif 32% dan Tak Ada Duta Besar RI di AS, Ekonom Ungkap Hal Ini
“Pasca-libur bursa pada 8 April nanti, potensi tekanan jual besar sangat mungkin terjadi jika hasil negosiasi tak menggembirakan atau bursa global memerah,” jelasnya.
Volatilitas tinggi di bursa global juga dikhawatirkan menghambat pemulihan pasar yang sebelumnya sempat rebound pada Maret. Maka dari itu, investor disarankan tetap waspada terhadap pergerakan pasar global dan hasil kebijakan dagang dari Washington.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Masih Tertekan, Tarif Impor Tinggi Donald Trump Jadi Pemberat
Selanjutnya: Pengamat Nilai Prospek Asuransi Pertanian Cukup Menjanjikan
Menarik Dibaca: Anda Enggak Mau Boros Terus? Coba 7 Cara Melacak Pengeluaran Bulanan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News