Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli
Miftah bilang, salah satunya penyebab hal itu adalah turunnya daya beli masyarakat sejak memasuki semester II/2024. Selain itu terjadi penyusutan harga kendaraan, mengingat kenaikan harga komponen akibat dengan kurs rupiah yang sempat anjlok di awal tahun.
"Masuknya kendaraan dari China dan Korea pun akhir membuat tingkat persaingan di industri otomotif dalam negeri kian ketat," kata Miftah kepada KONTAN, Kamis (31/10).
Lemahnya permintaan sektor otomotif domestik juga berperan terhadap tipisnya kenaikan kinerja ASII. Menurut Miftah, sektor otomotif berperan major pada segmen pendapatan ASII.
Baca Juga: Gaikindo Merevisi Target Penjualan Mobil Tahun 2024, Astra (ASII): Realistis
Meski begitu, Miftah yakin sentimen dari sektor otomotif bisa kembali menguat didukung oleh suku bunga. Faktor tersebut diharapkan dapat memberikan dorongan bagi daya beli konsumen, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan kendaraan. Selain itu, nilai tukar yang relatif stabil atau membaik akan membantu menjaga biaya impor bahan baku otomotif tetap terkendali.
Miftah pun memproyeksi laba Astra di akhir tahun dengan skenario konservatif target masih akan cenderung stagnan. Salah satu indikasinya karena gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi proyeksi penjualan mobil nasional dari sebelumnya 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit pada akhir 2024. Namun demikian, lanjut Miftah, ASII masih cenderung menarik secara valuasi pasar.
Sementara Nico mengatakan bahwa ASII perlu memperkuat lini bisnis yang lain, sehingga tidak bergantung dengan salah satu lini bisnis. Terbukti sektor bisnis alat berat dan pertambangan menopang ketika bisnis otomotif mengalami penurunan. Oleh sebab itu Nico memproyeksi laba bisa tumbuh 9,8% YoY di akhir tahun ini.
Baca Juga: Astra Gencar Diversifikasi Bisnis di Tengah Lesunya Pasar Otomotif
Adapun untuk sahamnya, Miftah memberikan rekomendasi ASII buy on Retracement dengan target harga Rp 5.275 per saham. Nico merekomendasikan beli dengan target harga Rp 5.700 per saham. Sementara Christopher merekomendasi Beli untuk ASII dengan target harga Rp 6.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News