Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Namun, PTBA masih tertolong oleh kenaikan volume penjualan batubara. Tahun lalu, konstituen Indeks Kompas100 ini berhasil menjual 27,8 juta ton batubara atau naik 13% dari penjualan tahun sebelumnya.
Penurunan laba juga dialami oleh ADRO. Konstituen Indeks Kompas100 ini mengalami penurunan laba dan pendapatan sepanjang 2019.
Baca Juga: Simak rencana operasional Bukit Asam (PTBA) untuk tahun 2020
ADRO mengempit pendapatan sebesar US$ 3,46 miliar, terkoreksi 4,42% dari pendapatan tahun 2018 yang tercatat US$ 3,62 miliar. Dus, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk juga mengalami penurunan 3,24% menjadi US$ 404,19 juta.
Dari sisi volume, ADRO berhasil menjual 59,18 juta ton batubara atau naik 9% secara year-on-year (yoy).Wilayah Asia Tenggara tetap menjadi tujuan penjualan utama dengan kontribusi 42% dari penjualan.
Sementara itu, wilayah Asia Timur (tidak termasuk China) menyerap 29% penjualan batubara ADRO, disusul India (15%), China (12%), dan wilayah lainnya seperti Eropa, Selandia Baru, dan Pakistan sebesar 2%.
Baca Juga: Harga batubara tertekan, laba Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% tahun lalu
“Kami gembira dengan kinerja perusahaan pada tahun 2019. Karena di tengah pasar yang sulit, kami berhasil mencetak kinerja finansial yang solid berkat pertumbuhan volume tahunan yang tinggi dan pengendalian biaya yang berkelanjutan,” ungkap Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir.
Hal serupa juga dialami oleh ITMG. Sepanjang 2019, ITMG mencatatkan pendapatan US$ 1,72 miliar atau turun 14,43% secara tahunan dari posisi tahun 2018 yang sebesar US$ 2,01 miliar. Dus, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk merosot 50,6% dari US$ 261,75 juta menjadi US$ 129,43 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News