kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja 4 emiten batubara ini: PTBA, ADRO, DOID & ITMG kompak tergerus di 2019


Rabu, 04 Maret 2020 / 19:42 WIB
Kinerja 4 emiten batubara ini: PTBA, ADRO, DOID & ITMG kompak tergerus di 2019
ILUSTRASI. Aktivitas perusahaan penimbunan batu bara yang dilakukan secara terbuka di tepi Sungai Batanghari terlihat dari Muarojambi, Jambi, Kamis (18/10/2018). Warga setempat mengeluhkan maraknya aktivitas penimbunan dan mobilitas truk bermuatan batu bara di daera


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan ketiga 2020, beberapa emiten pertambangan batubara telah merilis kinerja untuk tahun berjalan 2019. Beberapa emiten tersebut diantaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Keempat emiten batubara tersebut kompak mengalami penurunan laba bersih sepanjang 2019.

DOID misalnya, hanya membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 20,48 juta, Capaian ini merosot 72,92% bila dibandingkan dengan capaian laba bersih tahun lalu yang mencapai US$ 75,64 juta.

Baca Juga: Alokasikan capex Rp 4 triliun, ini rencana bisnis Bukit Asam (PTBA) di 2020

Sementara itu, pendapatan DOID juga tergerus 1,20% menjadi US$ 881,81 juta. Padahal, pada tahun sebelumnya, DOID mampu meraup pendapatan hingga US$ 892,45 juta.

“Penurunan laba dan pendapatan seiring dengan harga batubara pada 2019,” terang Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis kepada Kontan.co.id.

Hal serupa dialami oleh PTBA, dimana pada 2019 laba bersih emiten pelat merah ini tergerus 19,24% menjadi Rp 4,05 triliun. Padahal, PTBA masih mampu membukukan laba bersih hingga Rp 5,02 triliun pada 2018.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih PTBA tidak lepas dari harga batubara yang mengalami tren penurunan sepanjang 2019.

Baca Juga: Pasar ekspor batubara masih tertekan, simak strategi Adaro Energy (ADRO)

“Penurunan laba sangat berkaitan dengan harga batubara. Sangat sensitif terhadap harga jual,” ujar dia saat Public Expose PTBA di bilangan Kuningan, Rabu (4/3).

PTBA mengklaim, penurunan laba bersih seiring dengan pelemahan harga batubara Indeks Newcastle sebesar 28% dari US$ 107,34 per ton menjadi US$ 77,7 per ton.

Pun demikian dengan Indeks Batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal index/ICI) yang melemah 17%, dari US$ 60,35 per ton menjadi US$ 50,39 per ton pada 2019.

Namun, PTBA masih tertolong oleh kenaikan volume penjualan batubara. Tahun lalu, konstituen Indeks Kompas100 ini berhasil menjual 27,8 juta ton batubara atau naik 13% dari penjualan tahun sebelumnya.

Penurunan laba juga dialami oleh ADRO. Konstituen Indeks Kompas100 ini mengalami penurunan laba dan pendapatan sepanjang 2019.

Baca Juga: Simak rencana operasional Bukit Asam (PTBA) untuk tahun 2020

ADRO mengempit pendapatan sebesar US$ 3,46 miliar, terkoreksi 4,42% dari pendapatan tahun 2018 yang tercatat US$ 3,62 miliar. Dus, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk juga mengalami penurunan 3,24% menjadi US$ 404,19 juta.

Dari sisi volume, ADRO berhasil menjual 59,18 juta ton batubara atau naik 9% secara year-on-year (yoy).Wilayah Asia Tenggara tetap menjadi tujuan penjualan utama dengan kontribusi 42% dari penjualan.

Sementara itu, wilayah Asia Timur (tidak termasuk China) menyerap 29% penjualan batubara ADRO, disusul India (15%), China (12%), dan wilayah lainnya seperti Eropa, Selandia Baru, dan Pakistan sebesar 2%.

Baca Juga: Harga batubara tertekan, laba Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% tahun lalu

“Kami gembira dengan kinerja perusahaan pada tahun 2019. Karena di tengah pasar yang sulit, kami berhasil mencetak kinerja finansial yang solid berkat pertumbuhan volume tahunan yang tinggi dan pengendalian biaya yang berkelanjutan,” ungkap Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir.

Hal serupa juga dialami oleh ITMG. Sepanjang 2019, ITMG mencatatkan pendapatan US$ 1,72 miliar atau turun 14,43% secara tahunan dari posisi tahun 2018 yang sebesar US$ 2,01 miliar. Dus, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk merosot 50,6% dari US$ 261,75 juta menjadi US$ 129,43 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×