Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) menerbitkan obligasi global senilai US$ 110,85 juta atau setara Rp 1,48 triliun. Obligasi tersebut memberikan kupon 6,5% per tahun dan akan jatuh tempo pada 2023 mendatang.
Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan KIJA, mengatakan, dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali utang (refinancing). KIJA akan melunasi utang bank senilai US$ 13,31 juta. "Selain itu, kami akan melunasi surat utang sebesar US$ 91,47 juta," ujar dia kepada KONTAN akhir pekan lalu, (17/10).
Utang yang harus dibayar ini merupakan bagian dari sisa kewajiban atas obligasi diterbitkan pada 2014 lalu. Kala itu, KIJA melalui anak usahanya, Jababeka International B.V (JIBV), merilis guaranteed senior notes sebesar US$ 190 juta.
Surat utang ini jatuh tempo pada 2019. Kupon global bond itu sebesar 7,5%. "Jadi, melalui penerbitan global bond baru dengan kupon 6,5%, kami akan melunasi bond dengan kupon 7,5%. Maka kami dapat menghemat pembayaran bunganya," jelas Muljadi.
Jangka waktu jatuh tempo utang juga menjadi lebih panjang, menjadi enam tahun, dari sebelumnya lima tahun. Sehingga, likuiditas keuangan KIJA bisa lebih besar.
Muljadi mengatakan, penawaran obligasi baru ini sudah dilakukan pada pertengahan pekan lalu. Respons pasar dinilai cukup positif. "Ada oversubscribed lebih dari 2,25 kali," papar dia.
Namun, Muljadi belum bisa menyebutkan bagaimana dampak rasio utang KIJA usai penerbitan obligasi ini. Namun, Muljadi memastikan, debt to equity ratio (DER) KIJA akan tetap terjaga.
Analis BCA Sekuritas Michael Ramba mengatakan, level utang KIJA cukup tinggi. Ini merupakan efek dari kebutuhan belanja modal (capex) KIJA yang besar untuk mengembangkan kawasan industri Kendal dan Tanjung Lesung.
Untungnya, ekspansi tersebut mampu menopang arus kas KIJA. "Berbeda dengan pemain lainnya, konsep kawasan industri KIJA membuat perusahaan memperoleh cashflow positif," tulis Michael dalam risetnya 15 November 2017 lalu.
Ia mengatakan, salah satu kunci utama bisnis KIJA adalah proyek pembangkit listrik. Segmen bisnis ini membuat pertumbuhan kinerja perusahaan cenderung stabil.
Michael memprediksi, pendapatan KIJA hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp 3,3 triliun, naik 15% dibanding realisasi 2016. Hal ini seiring dengan normalisasi operasional segmen pembangkit listriknya.
Karena itu, Michael mempertahankan rekomendasi buy bagi saham KIJA dengan target harga Rp 375 per saham. Akhir pekan lalu, harga KIJA naik 0,65% menjadi sebesar Rp 308 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News