kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga minyak tak terbendung


Jumat, 15 Oktober 2021 / 07:46 WIB
Kenaikan harga minyak tak terbendung
ILUSTRASI. Harga minyak WTI menguat 2,97% dalam sepekan.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak belum terbendung jelang akhir pekan ini. Harga minyak berjangka WTI dan Brent kembali menyentuh level tertinggi tahun ini. Harga minyak Brent menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2018. Sedangkan harga minyak WTI mencatat harga tertinggi dalam tujuh tahun atau sejak 2014.

Jumat (15/10) pukul 7.27 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2021 di New York Mercantile Exchange (Nymex) berada di U$ 81,71 per barel. Harga minyak ini menguat 0,49% dari penutupan perdagangan kemarin dan melesat 2,97% dalam sepekan terakhir.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Desember 2021 di ICE Futures berada di US$ 84,40 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 0,48% dalam sehari dan melonjak 2,44% dalam sepekan.

Harga minyak menguat setelah produsen minyak utama Arab Saudi menolak seruan untuk tambahan pasokan OPEC+. Badan Energi Internasional atawa International Energy Agency (IEA) mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan minyak dari pengelola pembangkit listrik.

Baca Juga: Krisis Energi di Eropa, Harga Gas Alam Melambung 105%

IEA mengatakan bahwa permintaan minyak akan meningkat setengah juta barel per hari (bph) karena sektor listrik dan industri berat beralih dari sumber energi yang lebih mahal.

Dalam laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2022 sebesar 210.000 barel per hari. Sekarang IEA memperkirakan total permintaan minyak pada tahun 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari, sedikit di atas tingkat pra-pandemi.

IEA juga memperingatkan bahwa krisis energi dapat memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. 

Gedung Putih telah berdiskusi dengan produsen minyak dan gas mengenai biaya bahan bakar. Harga bensin eceran di AS mencapai angka tertinggi dalam tujuh tahun. Tagihan pemanas musim dingin diperkirakan akan meningkat. Pemerintah AS juga mendesak OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

"Pasar secara fundamental ketat, segala jenis tuas kebijakan yang mencoba mengerem sentimen pasar minyak adalah resistance," kata Mike Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets kepada Reuters.

Baca Juga: Krisis Energi di China dan India Bisa Pacu Ekspor RI

Arab Saudi menolak seruan untuk peningkatan produksi OPEC+ tambahan. Negara pengekspor minyak ini mengatakan, penghentian pengurangan produksi kelompok itu melindungi pasar minyak dari perubahan harga liar yang terlihat di pasar gas alam dan batubara.

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah forum di Moskow mengatakan bahwa OPEC+telah melakukan pekerjaan "luar biasa" sebagai pengatur pasar minyak.

Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari per bulan.

Stok minyak mentah AS naik secara mengejutkan 6 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 702.000 barel yang diperkirakan para analis. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.

Baca Juga: Harga emas menguat lebih dari 2% dalam sepekan

Pasar sebagian besar mengabaikan peningkatan besar yang tak terduga dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Pasalnya, perusahaan penyuling memangkas produksi dalam periode yang umumnya lebih lambat untuk fasilitas pengolahan minyak.

Produsen shale oil AS enggan berinvestasi dalam meningkatkan produksi setelah bertahun-tahun hanya mencatat return tipis. Sehingga produksi AS masih jauh dari rekor akhir 2019 di hampir 13 juta barel per hari. Pada hari Rabu, EIA mengatakan produksi akan rebound menjadi 11,7 juta barel per hari pada tahun 2022.

"AS mencapai produksi 11,4 juta barel per hari dan itu masih jumlah yang sangat besar. Tetapi ekonomi AS membutuhkan lebih dari itu dan Uni Eropa yang membutuhkan solar dan bensin besar-besaran," kata Tim Snyder, kepala ekonom Matador Economics di Dallas. 

Baca Juga: Wall Street melonjak, S&P catat kenaikan harian terbesar sejak Maret 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×