kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenaikan harga batubara teredam isu dari Australia


Selasa, 11 April 2017 / 20:23 WIB
Kenaikan harga batubara teredam isu dari Australia


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga batubara tergelincir setelah hambatan pengiriman batubara di Australia mulai mereda. Pergerakan batubara selanjutnya masih dijaga oleh kebijakan China.

Mengutip Bloomberg, Senin (10/4) harga batubara kontrak pengiriman Mei 2017 di ICE Futures Exchange anjlok 3% ke level US$ 84,4 per metrik ton dibanding penutupan sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, batubara tergerus 4,6%.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures mengatakan, Topan Debbie yang melanda Australia sempat membuat harga batubara menguat. Akibat bencana tersebut, sejumlah tambang hingga jalur pengiriman batubara Australia rusak parah.

Saat ini, Topan Debbie mulai mereda sehingga berdampak pada pelemahan harga batubara. "Efek Topan Debbie sepertinya lebih besar ke batubara jenis cooking coal dari Australia. Sedangkan dampaknya ke harga batubara global di kontrak ICE Futures sudah mulai reda," ujarnya.

Harga batubara kembali terkoreksi setelah mendekati level US$ 90 per metrik ton. Wahyu menilai isu China masih menjadi faktor utama penggerak batubara. Dengan demikian, pengaruh dari Australia hanya bersifat sementara.

Level US$ 90 per metrik ton menurut Wahyu merupakan resistance kuat untuk harga batubara. Oleh karena itu, secara teknikal harga akan kembali tergerus ketika mendekati level tersebut. Apalagi, secara fundamental China masih menjaga pergerakan harga batubara.

Intervensi pemerintah China terhadap industri batubara domestik terus berlangsung hingga saat ini. Ketika harga tinggi, China mengizinkan produsen untuk meningkatkan angka produksi. Sebaliknya, pemerintah meminta produsen mengurangi angka produksi jika harga semakin lemah.

Hal tersebut dilakukan untuk melindungi keberlangsungan industri batubara dalam negeri di tengah lemahnya permintaan. Tujuan lain yakni untuk mengurangi polusi udara akibat pembakaran batubara.

Wahyu memprediksi harga batubara akan bergerak dalam area konsolidasi dengan kecenderungan menguat hingga akhir semester pertama tahun ini. Dalam jangka menengah, pergerakan harga ada di kisaran US$ 78 - US$ 100 per metrik ton. "Resiko koreksi tetap ada, tetapi kemungkinan China akan mengatur agar harga kembali naik," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×