Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Indo Premier Sekuritas sekarang juga sepenuhnya memperhitungkan rencana jangka panjang ESSA untuk menggandakan kapasitas produksinya. Akan tetapi, secara konservatif masih mengasumsikan bahwa ESSA baru akan memulai operasi pada kapasitas 50% pada tahun fiskal 2029.
‘’Kami pikir ESSA memiliki kapasitas neraca untuk melaksanakan proyek tersebut (menggandakan produksi), tetapi menunggu alokasi pasokan gas,’’ jelas Reggie.
Reggie meyakini, proyek jangka panjang ESSA akan berdampak positif pada peningkatan laba. Namun perlu diwaspadai harga amonia yang lebih rendah dari ekspektasi bisa menekan kinerja emiten sektor industri barang kimia tersebut.
Reggie pun masih mempertahankan rekomendasi Hold untuk ESSA, namun dengan target harga ditingkatkan menjadi Rp 1.075 per saham dari sebelumnya Rp 700 per saham.
Baca Juga: Sepanjang 2023, ESSA Industries Indonesia (ESSA) Catatkan Pendapatan US$ 345 Juta
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe, turut merekomendasikan Hold untuk ESSA. Sementara itu, target harga ESSA dipatok sebesar Rp 920 per saham, dengan support terdekat di level Rp 800 per saham.
Secara teknikal, ESSA menunjukkan indikator MACD masih bergerak turun dengan stochastic mengindikasikan penurunan deadcross. Selain itu, candle berada di antara garis tengah dan garis bawah bollinger band.
Mengutip RTI Business, Rabu (20/11), ESSA ditutup pada posisi Rp 835 per saham. Harga saham ESSA terkoreksi sekitar 2,34% dari sehari sebelumnya yang berada di posisi Rp 855 per saham.
Selanjutnya: Megawati Cidera, Red Sparks Terpuruk dengan Kekalahan Beruntun Keempat
Menarik Dibaca: Apakah Kulit Berminyak Perlu Moisturizer? Ini Jawabannya Menurut Dokter Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News