Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri (BMRI) tengah mengembangkan ekosistem digital melalui aplikasi Livin 2.0. Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai dengan pengembangan tersebut berpotensi meningkatkan efisiensi operasional lebih lanjut.
Hal ini diperkirakan dapat meningkatkan marjin Pre Provision Operating Profit (PPOP), yang pada kuartal pertama tahun 2021 yang telah tumbuh menjadi 57.2% terhadap pendapatan bunga dan syariah, dari hanya 56.1% yang tercatat di kuartal pertama tahun 2020.
Dalam risetnya, Robertus mengatakan BMRI berencana meluncurkan aplikasi 'Livin 2.0' pada kuartal empat tahun 2021, yang merupakan penyempurnaan dari aplikasi 'Livin 1.0' yang sebelumnya bernama aplikasi Mandiri Mobile.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) bukukan pendapatan Rp 2,9 triliun pada tahun 2020
Aplikasi ini direncanakan untuk memiliki fitur yang tidak terbatas hanya pada pembukaan tabungan, pembayaran QR, asuransi, investasi, pembiayaan konsumen, dan pendaftaran kartu kredit saja, namun juga akan dilengkapi dengan fitur Pay Later.
“Kami berpandangan bahwa BMRI memiliki big data yang tidak kalah unggul daripada yang dimiliki oleh para bank digital yang baru-baru ini banyak bermunculan dengan permodalan yang lebih kecil,” ujarnya dalam riset, Senin (10/5).
Ia melanjutkan, pinjaman berbasis payroll dan KUR yang merupakan 50% dari kredit segmen ritel perseroan adalah hasil dari pengembangan jaringan grup BMRI, yang memiliki 10 anak usaha, dengan puluhan BUMN dan korporasi swasta yang selama ini menjadi debitur wholesale perseroan.
Menurutnya, produk-produk ini diyakini dapat memiliki penetrasi yang lebih dalam lagi di masa depan dengan dukungan tim khusus yang bernama 'Enterprise Data Management' (EDM) Group, yang terdiri dari 4 divisi inti yakni data management, information management, business analytics dan campaign.
Baca Juga: Penjualan meningkat drastis, Indofarma (INAF) tidak lagi merugi pada kuartal I 2021
Adapun nilai transaksi pada aplikasi 'Livin 1.0' pada kuartal pertama tahun 2021 telah tumbuh menjadi Rp 341 triliun dari Rp 234 triliun pada kuartal I 2020, mengungguli nilai transaksi pada ATM yang turun menjadi hanya Rp 200 triliun dari Rp 280 triliun.
Jumlah pengguna aktif juga naik menjadi 4,95 juta dari 4,54 juta dan 3,55 juta masing-masing pada kuartal empat 2020 dan kuartal 1-2020.
Selain itu, BMRI berinvestasi pada Bukalapak melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang merupakan anak usahanya, setelah sukses menjual Mokka ke Go-Jek seharga US$ 130 juta pada April-2020 dan IPO Cashlez di IDX pada Mei-2020 dengan market cap mencapai US$ 45 juta.
MCI saat ini juga memiliki investasi pada sejumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi keuangan seperti 'Amarta', Koinworks', dan 'Investree' yang diperkirakan dapat semakin menumbuhkan valuasi perseroan dan meningkatkan integrasi ekosistem digitalnya.
Baca Juga: Saratoga Investama Sedaya (SRTG) akan lakukan stock split, simak jadwalnya
Laba bersih kuartal pertama 1-2021 turun 25,2% YoY menjadi Rp 5,92 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan beban provisi hingga 55,4% YoY menjadi Rp 5,41 triliun. Namun, laba operasional sebelum provisi (PPOP) tercatat masih tumbuh tipis 1,8% YoY menjadi Rp14,12 triliun.
Sementara itu, kredit tumbuh 9,1% YoY menjadi Rp 984,86 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) melonjak 25,5% YoY menjadi Rp 1181,32 triliun. Likuiditas meningkat, yang ditandai oleh LDR yang turun menjadi 81.1% dari 94,9% dan 83,0% masing-masing pada kuartal pertama tahun 2020 dan kuartal keempat 2020.
Ia memberikan rekomendasi buy saham BMRI dengan target harga Rp 7.350.
Selanjutnya: Kinerja Saraswati Anugerah (SAMF) apik, pendapatan melonjak 14% di kuartal I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News