kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembali Panas, Harga Minyak Melonjak di Atas 1,5% di Siang Ini (26/7)


Selasa, 26 Juli 2022 / 14:07 WIB
Kembali Panas, Harga Minyak Melonjak di Atas 1,5% di Siang Ini (26/7)
ILUSTRASI. harga minyak mentah ikut mendidih setelah harga gas melonjak


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak menguat untuk hari kedua di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pengetatan pasokan Eropa setelah Rusia, pemasok utama minyak dan gas alam ke kawasan itu, memotong pasokan gas melalui pipa utama.

Selasa (26/7) pukul 13.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2022 naik US$ 1,66 atau 1,6% menjadi US$ 106,81 per barel, memperpanjang kenaikan 1,9% pada hari sebelumnya.

Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2022 juga melesat US$ 1,47, atau 1,5% ke US$ 98,17 per barel, setelah naik 2,1% pada hari Senin.

Sokongan bagi minyak datang setelah Rusia memperketat pengiriman gas ke Eropa pada hari Senin. Perusahaan gas Rusia, Gazprom mengatakan, pasokan melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman akan turun menjadi hanya 20% dari kapasitas.

Pengurangan pasokan Rusia akan membuat negara-negara di kawasan Eropa tidak dapat memenuhi tujuannya untuk mengisi ulang penyimpanan gas alam menjelang periode permintaan musim dingin. Jerman, menghadapi potensi penjatahan gas ke industri untuk menjaga warganya tetap hangat selama periode musim dingin.

Baca Juga: Harga Minyak Kompak Menguat di Pagi Ini, Lonjakan Harga Gas Alam Jadi Penopang

Hal ini dapat mendorong pengguna akhir untuk menukar gas dengan produk minyak, terutama solar. Tapi ini juga membawa risiko karena Rusia memasok sebagian besar bahan bakar diesel di kawasan itu dan harga untuk pengemudi yang bergantung pada bahan bakar diperkirakan akan naik.

"Harga gas yang lebih tinggi, dipicu oleh tekanan gas Rusia, dapat menyebabkan peralihan tambahan ke minyak mentah dari gas dan mendukung harga minyak," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research  Nissan Securities.

Pasokan minyak mentah, produk minyak, dan gas Eropa telah terganggu oleh kombinasi sanksi Barat dan perselisihan pembayaran dengan Rusia sejak invasi 24 Februari ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus."

Namun, penurunan permintaan karena harga minyak mentah dan bahan bakar yang tinggi baru-baru ini dan ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada harga.

"Tarik-tarik antara kekhawatiran tentang melemahnya permintaan karena perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga AS dan kekhawatiran risiko pasokan karena konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu," kata Kikukawa.

Dia juga memprediksi, harga WTI diperdagangkan dalam kisaran US$ 100 per barel.

Federal Reserve diperkirakan, menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir pertemuan kebijakannya pada hari Rabu (27/7).

Baca Juga: Langkah Warren Buffett Saat Resesi Menghadang, Bisa Menenangkan Saraf Investor

Peningkatan tersebut dapat mengurangi kegiatan ekonomi dan dengan demikian berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar.

Sentimen pasar bergoyang antara kekhawatiran tentang ketidakstabilan sisi penawaran dan ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih lemah di bawah tekanan ekonomi global, kata analis dari Haitong Futures.

Gap antara harga patokan minyak Eropa dan internasional yakni Brent dan patokan AS yaitu WTI telah melebar ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2019 karena berkurangnya permintaan bensin di AS membebani minyak mentah di Negeri Paman Sam, sementara pasokan yang ketat mendukung Brent.

"Meskipun ada diskon harga ... kedua kontrak memiliki kurva berjangka yang tetap dalam keterbelakangan yang dalam, menandakan bahwa pasokan fisik yang cepat tetap ketat," tulis Jeffrey Halley, analis pasar senior dari OANDA, dalam sebuah catatan.

"Rusia tetap menjadi kartu liar di ruang energi, mendukung harga, situasi yang tidak mungkin berubah dalam waktu dekat," lanjut Halley.

Spread antarab harga minyak berjangka mencapai US$ 5 per barel pada hari Selasa, level tertinggi dalam tiga minggu. Di pasar yang terbelakang, harga bulan depan lebih tinggi daripada harga di bulan-bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×