Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Faktor domestik maupun eksternal menyeret harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan Senin (14/11).
Mengacu situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Senin (14/11), rata-rata harga obligasi pemerintah (INDOBeX Government Clean Price) terkoreksi 1,1% dibandingkan hari sebelumnya ke level 111,09.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, ada dua faktor yang menekan harga SUN di pasar sekunder pada perdagangan kemarin.
Dari eksternal, katalis negatif berasal dari ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang berimbas pada membesarnya imbal hasil US Treasury.
"Ini berdampak terhadap kenaikan imbal hasil surat utang global," ujarnya.
Menurut Made, ekspektasi kenaikan laju inflasi AS tidak lepas dari kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump saat kampanye beberapa saat lalu, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi AS melalui belanja infrastruktur.
Selain itu, ada juga beberapa kebijakan fiskal lainnya semisal pemangkasan pajak bagi perusahaan maupun perorangan. Harapannya, dapat memicu laju pertumbuhan ekonomi serta konsumsi rumah tangga.
"Hanya saja kebijakan tersebut akan mendorong laju inflasi yang cukup tinggi dan akan diikuti oleh kebijakan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed)," terangnya. Ini dapat berdampak negatif bagi pasar surat utang global.
Dari internal, nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin sempat bergulir di atas Rp 13.500 per dollar AS. Made menilai, pelemahan rupiah turut menekan pasar SUN.
Berpotensi terperosok
Nah, bagaimana dengan ramalan pergerakan SUN hari ini?
Made meramal, harga obligasi negara di pasar sekunder pada perdagangan hari ini berpotensi turun. Katalis negatif bersumber dari tren kenaikan imbal hasil US Treasury setelah perdagangan Amerika Serikat (AS) libur akhir pekan lalu.
Pada Senin (14/11), imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun naik dari semula 2,15% menjadi 2,25% di tengah ekspektasi kenaikan inflasi di AS. "Adapun imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 3,01%," ujarnya.
Serupa, imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) bertenor sama juga menanjak ke level 0,32% dan 1,41%.
Made menduga, membesarnya imbal hasil surat utang global akan berdampak bagi pergerakan SUN berdenominasi rupiah maupun dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News