Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diprediksi makin solid hingga akhir tahun 2025. Proyeksi tersebut didorong oleh kenaikan harga emas dan peningkatan volume produksi dari perusahaan.
Secara operasional, emiten tambang emas yang terafiliasi dengan Grup Salim dan Bakrie itu menargetkan produksi emas di kisaran 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2024 yang mencapai 64.983 ons. Bahkan, untuk tahun 2026, BRMS menargetkan produksi emas dapat menembus 80.000 ons.
Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Herwin Wahyu Hidayat menjelaskan target produksi emas tersebut sepenuhnya berasal dari kegiatan produksi di tambang emas Palu, Sulawesi, yang dikelola oleh anak usaha PT Citra Palu Minerals.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Bidik Produksi Emas 80.000 Ons pada Tahun 2026
"Kita sudah memberikan panduan untuk tahun 2025 target (produksi emas) antara 68.000 ons sampai 72.000 ons dan target di 2026 berkisar 80.000 ons hanya dari Palu," kata Herwin dalam agenda paparan publik di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Herwin menambahkan PT Citra Palu Minerals saat ini memiliki hak konsensi pertambangan seluas 85.159 hektare di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Perusahaan juga telah mengantongi izin konstruksi dan produksi dari pemerintah dengan masa konstruksi selama tiga tahun dan masa produksi selama 30 tahun hingga 2050.
Selain itu, Herwin menerangkan pabrik emas pertama BRMS yang menggunakan metode carbon in leach (CIL) telah beroperasi sejak 2020, dengan kapasitas produksi 500 ton bijih per hari. Saat ini, kapasitas pemrosesan pabrik tersebut sedang ditingkatkan menjadi 2.000 ton bijih per hari
"Rencananya akan beroperasi di kuartal IV-2026 antara Oktober atau November, artinya akan ada peningkatan produksi lagi di akhir tahun 2026," ucap Herwin.
Pabrik kedua dengan teknologi serupa juga telah beroperasi sejak 2023 dengan kapasitas pemrosesan rata-rata sekitar 4.500 ton bijih per hari.
Hingga kuartal III-2025, BRMS mampu mencatatkan total produksi emas sebesar 56.552 ons, naik 25% secara year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu sebesar 45.366 ons. Selain itu, harga jual emas juga mengalami peningkatan 34% dari US$ 2.347 per ons menjadi US$ 3.156 per ons per September 2025.
Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand meramal sentimen kenaikan harga emas dan peningkatan volume produksi akan mendorong kinerja BRMS tetap solid hingga akhir tahun 2025.
Baca Juga: Diramal Masuk MSCI, Begini Kata Bos Bumi Resources Minerals (BRMS) Agoes Projosasmito
Abida bilang realisasi harga jual (ASP) naik signifikan menjadi US$ 3.468 per ons atau naik 39% yoy per kuartal III-2025, sementara produksi emas diproyeksikan mencapai 68.000 ons–72.000 ons, lebih tinggi dari 64.000 ons di tahun lalu.
"Kombinasi harga tinggi dan efisiensi tambang di area pit bawah mendukung pertumbuhan laba meski biaya stripping masih tinggi," ujar Abida kepada Kontan, Rabu (5/11).
Memasuki tahun 2026, Abida menilai prospek BRMS tetap kuat seiring rampungnya proyek pushback di kuartal I-2026 dan perluasan pabrik Carbon-in-Leach (CIL) 1 dari 500 ton per day (tpd) menjadi 2.000 tpd pada Oktober 2026.
Menurutnya, kedua faktor ini akan meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi pengolahan. Namun, kenaikan biaya operasional selama konstruksi serta volatilitas harga emas global bisa menjadi faktor penekan margin dalam jangka pendek.
Selain itu, Abida juga berpandangan target produksi 80.000 ons di 2026 termasuk realistis. Saat ini BRMS sudah menunjukkan peningkatan output sebesar 25% yoy hingga periode sembilan bulan pertama tahun 2025, dan guidance produksi tahun ini yang meningkat menunjukkan kapasitas operasional yang semakin optimal.
"Setelah proyek pushback selesai, perusahaan akan mendapat akses ke bijih berkadar tinggi yang memperkuat potensi pencapaian target," tambah Abida.
Abida merekomendasikan buy saham BRMS di target harga Rp 1.080 per saham. Peningkatan kinerja dan proyeksi ekspansi kapasitas menjadi faktor utama pendorong valuasi. Meski valuasi PER tahun 2026 masih tinggi di 74 kali, potensi kenaikan laba seiring peningkatan produksi membuat prospek jangka menengah tetap menarik.
Secara fundamental, BRMS berada di jalur pertumbuhan yang kuat dengan Return on Average Equity 8,1% pada 2026 dan potensi peningkatan signifikan saat proyek tambang bawah tanah mulai berproduksi pada 2027–2028.
"Dengan posisi kas dan pendanaan yang solid, BRMS berpeluang menjadi salah satu emiten emas dengan pertumbuhan laba tercepat di sektor tambang domestik," tutup Abida.
Selanjutnya: RUPSLB Kimia Farma (KAEF) Setujui Pengalihan Aset dan Perombakan Pengurus
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Angin Kencang di Jakarta dan Tangerang 2 Hari ke Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













