kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kebijakan AS tak lagi pengaruhi prospek batubara


Selasa, 25 April 2017 / 21:17 WIB
Kebijakan AS tak lagi pengaruhi prospek batubara


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait sektor tambang kini tidak lagi memberi pengaruh signifikan pada pergerakan harga batubara. Prospek harga batubara justru dipandang positif dengan dukungan konsumsi wilayah Asia.

Mengutip Bloomberg, Senin (24/1) harga batubara kontrak pengiriman Juni 2017 di ICE Futures Exchange melemah 1,7% ke level US$ 78,65 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir batubara tergerus 2,5%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, harga batubara terseret oleh turunnya harga minyak dunia. Pergerakan harga dalam jangka pendek kini terancam jika anggaran belanja Presiden Trump mendapat penolakan dari parlemen AS. "Ini akan berdampak negatif pada harga komoditas secara keseluruhan," ungkapnya.

Kondisi fundamental batubara juga tidak mendukung penguatan harga. Pertumbuhan ekonomi China yang membaik belum mampu memberi dukungan pada harga batubara. Apalagi, ekonomi global secara keseluruhan masih terbilang melambat.

Pemilihan umum di Prancis membuat pelaku pasar cenderung wait and see untuk masuk ke komoditas. Tetapi jika dalam jangka menengah harga minyak mampu menguat, Ibrahim optimistis batubara akan turut terangkat.

Pemerintah AS berencana menutup 46 pembangkit listrik batubara di 16 negara bagian. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya permintaan sebesar 30 juta ton hingga tahun 2018. Sementara BP Energy memperkirakan permintaan batubara global akan cenderung stagnan hingga 20 tahun ke depan.

Padahal, permintaan batubara biasanya tumbuh 3% - 4% per tahun. BP juga merevisi turun penggunaan batubara global sebesar 6% menjadi 240 juta ton hingga tahun 2035.

Meski demikian, Ibrahim menilai prospek batubara bisa berharap pada kebijakan presiden Trump. Sebelumnya, Trump memiliki pandangan berbeda dengan Presiden AS terdahulu yakni Barrack Obama terkait penggunaan energi batubara.

Jika Obama berupaya mengganti pemakaian batubara dengan energi terbarukan, Trump justru ingin menumbuhkan industri batubara dalam negeri sehingga dapat membantu penyerapan tenaga kerja dan menumbuhkan ekonomi AS.

Jika Trump konsisten dengan rencana membangun industri batubara, maka ada peluang permintaan AS kembali meningkat. Sementara jika pengurangan pemakaian batubara berlanjut, dampaknya tidak akan besar pada harga batubara global.

"Selama ini AS lebih banyak memakai batubara dari dalam negeri atau impor dari Amerika Latin. Sedangkan batubara produksi Indonesia maupun China lebih banyak dikonsumsi negara Asia," lanjut Ibrahim.

Sementara angka konsumsi batubara Asia termasuk India, Jepang, Korea Selatan hingga China masih tetap tinggi. Konsumsi batubara dari dalam negeri terutama untuk PLTU juga membantu kenaikan permintaan.

Ibrahim memperkirakan harga batubara akan kembali menyentuh level US$ 82 per metrik ton hingga akhir semester pertama dan menanjak hingga US$ 90 - US$ 95 per metrik ton pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×