kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Emiten batubara tak agresif produksi


Rabu, 12 April 2017 / 10:38 WIB
Emiten batubara tak agresif produksi


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga batubara tahun ini memang sudah naik cukup tinggi. Harga batubara saat ini ada di atas US$ 80 per ton, dua kali lipat dibanding harga di periode yang sama tahun lalu. Tapi, emiten batubara tak lantas agresif menggenjot produksi. Beberapa emiten masih berhati-hati dan memasang target konservatif.

Salah satunya adalah PT Indika Energy Tbk (INDY). Azis Armand, Direktur INDY, mengatakan, INDY hanya menargetkan produksi dan penjualan dari anak usahanya, PT Kideco Jaya Agung, bisa stabil seperti tahun lalu, di level 32,1 juta ton. "Kami melihat harga industri sudah menunjukkan perbaikan," ujar Azis kepada KONTAN, Senin (10/4).

Sekadar informasi, sepanjang tahun lalu, produksi batubara dari Kideco turun dari sebesar 39 juta ton pada 2015 menjadi hanya 32,1 juta ton pada akhir 2016 lalu. Sedangkan harga jual rata-rata atauĀ average selling priceĀ (ASP) yang direalisasikan Kideco turun sekitar 10,5% dari US$ 42,9 per ton pada 2015 menjadi US$ 38,4 per ton pada 2016.

Begitu pula PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), hanya menargetkan produksi batubara sebesar 25,5 juta ton, turun tipis dari tahun lalu yang sebesar 25,6 juta ton. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga mematok pertumbuhan produksi batubara stabil di kisaran 52 juta ton hingga 54 juta ton, tak jauh berbeda dengan capaian tahun lalu.

Tapi, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) justru mematok target tinggi. Adib Ubaidillah, Sekretaris Perusahaan PTBA, mengatakan, PTBA memasang kenaikan produksi batubara sebesar 30% menjadi 27,1 juta ton. "Kebutuhan proyek listrik yang besar memacu produksi PTBA," ujar dia.

Prospek saham

Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama, mengatakan, ada beberapa emiten sempat menutup produksi tambang kala harga batubara amblas pada tahun lalu. "Namun kini produksi mulai dijaga lagi dan ada sedikit peningkatan," kata dia.

Harga batubara masih berpotensi terdongkrak oleh sentimen eksternal, seperti kebijakan China dalam mengetatkan produksinya. Ia menilai harga batubara akan berada di kisaran US$ 70 hingga US$ 85 per ton tahun ini.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menambahkan, saham batubara masih menarik dan ada potensi kenaikan sebesar 10%-15% hingga akhir tahun nanti. "Margin laba emiten batubara akan lebih tinggi tahun ini karena ada kenaikan harga.

David menyarankan investor bisa memperhatikan saham PTBA dan ADRO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×