Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kembali beroperasinya jalur kereta pengangkut batubara di Australia pasca bencana alam jadi faktor utama yang menggerus laju harga batubara.
Mengutip Bloomberg, Rabu (19/4) harga batubara kontrak pengiriman Juni 2017 di ICE Futures Exchange terpuruk 0,81% ke level US$ 80,00 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Aurizon Holdings Ltd, operator pengiriman batubara di Australia memastikan jalur Goonyella yang merupakan jalur distribusi batubara terbesar di Negeri Kangguru siap beroperasi lagi paling lambat 26 April 2017 mendatang. Bahkan ini lebih cepat dua pekan dari target pengerjaan yang dipatok.
Sebelumnya, di awal April, Badai Topan Debbie menyerang Australia dan menyebabkan terjadinya hujan badai di Queensland dan merusak terminal ekspor batubara.
Akibat bencana alam ini, Rio Tinto memperkirakan pekan lalu bahwa produksi batubaranya sepanjang tahun 2017 bisa terganggu atau turun sekitar 20% dibanding tahun 2016 lalu.
Katalis ini bisa menjadi suntikan bagi pergerakan harga batubara ke depannya. Hanya saja untuk sementara sentimen dari siap beroperasinya jalur distribusi di Australia jadi pengganjal pergerakan harga.
Peluang rebound semakin besar dengan perkiraan Aurizon bahwa volume distribusi batubara yang dilakukan melalui jalur kereta akan turun sebanyak 21 juta ton hingga 30 Juni 2017 mendatang.
Artinya untuk beberapa waktu ke depan akan terjadi kekurangan pasokan secara global akibat proses distribusi yang tertahan. Hal ini tentu bisa memberikan dampak positif pada harga pasca euforia kembali aktifnya jalur Goonyella mereda di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News