kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KAEF, BTPS dan SCMA tetap di JII70 dan efek syariah, ini rekomendasi para analis


Sabtu, 14 Agustus 2021 / 14:46 WIB
KAEF, BTPS dan SCMA tetap di JII70 dan efek syariah, ini rekomendasi para analis
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di gedung kantor Bursa Efek Indonesia, kawasan SCBD, Jakarta, Senin (5/10/2020).


Reporter: Akhmad Suryahadi, Amanda Christabel | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri syariah semakin naik daun. Tak cuma di industri perbankan, syariah juga eksis di industri pasar modal. Di pasar modal ada yang disebut efek syariah. Berdasarkan  Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya,  saham yang masuk kategori ini menjalankan akad, cara, dan kegiatan usaha sesuai prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

Lalu ada indeks saham syariah. Ini  adalah indikator yang menunjukkan kinerja/pergerakan indeks harga saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga saat ini, ada tiga indeks harga saham syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70).

ISSI adalah indeks komposit saham syariah yang tercatat di BEI. ISSI merupakan indikator dari kinerja pasar saham syariah Indonesia. Konstituen ISSI adalah seluruh saham syariah yang tercatat di BEI dan masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) terbitan OJK. Artinya, BEI tidak melakukan seleksi saham syariah yang masuk ke dalam ISSI.

Konstituen ISSI diseleksi ulang sebanyak dua kali dalam setahun, setiap bulan Mei dan November, mengikuti jadwal review DES. Oleh sebab itu, setiap periode seleksi, selalu ada saham syariah yang keluar atau masuk menjadi konstituen ISSI. 

Lalu Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan di pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Konstituen JII hanya terdiri dari 30 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI.  Jadwal review saham sama seperti ISSI,

Kemudian Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index). Ini adalah indeks saham syariah yang diluncurkan BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun.

Nah akhir Juli lalu BEI kembali mengumumkan review soal JII. PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) tidak lagi menjadi anggota JII.

Tapi bukan berarti ketiganya terlempar dari daftar efek syariah. Masih dalam pengumuman BEI yang sama, ketiganya masih anggota JII70 dan tetap  masuk dalam efek syariah sesuai ketentuan OJK.

Lalu bagaimana rekomendasi terhadap saham-saham yang sudah tidak lagi di JII?

Kepada Kontan.co.id awal Agustus lalu, Verdi Budidarmo, Direktur Utama KAEF menyatakan, hingga semester I 2021 KAEF berhasil meningkatkan pertumbuhan penjualan sebesar 18,61% year on year (yoy). 

BTPN Syariah juga membukukan kinerja positif pada pada kuartal II 2021. Laba bersih yang tumbuh hingga 89% yoy dari Rp 507 miliar pada kuartal II tahun lalu menjadi Rp 770 miliar pada tahun in.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama  memperkirakan, sepanjang tahun 2021 ada perbaikan dari kualitas pembiayaan. “Pertumbuhan kredit diproyeksikan pada 19,73% dan DPK 27,88% untuk 2021. Kami merekomendasikan beli dengan target Rp 4.300," ujarnya ke Kontan, belun lama ini. 

Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma menjelaskan, pasar BTPS itu lebih kepada ultramikro. "Kelebihannya net profit margin (NFM) lebih tinggi dibandingkan bank biasa," ujarnya.

Sementara Mirae Asset Sekuritas memasukkan, BTPN dan SCMA masuk dalam radar top picks periode Agustus 2021 pada Senin (9/8). Mirae Asset menyukai saham BTPS seiring momentum peningkatan laba bersih secara kuartalan.

BTPS juga membukukan peningkatan net interest margin (NIM) menjadi 26,5% di kuartal II-2021, dibandingkan 25,7% pada kuartal I-2021 dan  17,4% di kuartal II-2020.

Sementara itu, terdapat tiga faktor yang menjadikan saham SCMA menarik. Pertama, kinerja SCMA yang solid. Laba pada kuartal II-2021 sebesar Rp 395 miliar, yang berada di atas ekspektasi konsensus.

Kedua, laba kuartalan yang solid ini akan berlanjut di kuartal-kuartal mendatang. Ketiga, program pembelian kembali (buyback) saham SCMA hingga Rp1 triliun yang berlangsung hingga 6 Oktober menunjukkan kepercayaan manajemen terhadap prospek saham SCMA. Program  buyback ini seharusnya menjadi katalis bagi harga saham SCMA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×