kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jumlah Perusahaan IPO Makin Banyak, Bagaimana Kualitasnya?


Rabu, 08 Februari 2023 / 20:18 WIB
Jumlah Perusahaan IPO Makin Banyak, Bagaimana Kualitasnya?
ILUSTRASI. Hingga Rabu (8/2), setidaknya sudah ada 17 emiten baru yang melantai di BEI.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia semakin gemuk seiring dengan meningkatnya perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). Apalagi BEI terus mengerek target jumlah IPO setiap tahun. 

Misalnya pada 2022, BEI menargetkan ada 55 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham. Namun sepanjang 2022, BEI berhasil memboyong 59 perusahaan. 

Untuk tahun ini, BEI mengincar 57 perusahaan yang IPO. Hingga Rabu (8/2), setidaknya sudah ada 17 emiten baru yang melantai di bursa saham dalam negeri. 

Namun, kenaikan jumlah emiten itu tidak diiringi oleh kualitas perusahaan. Dalam catatan Kontan.co.id, setidaknya ada 27 saham yang longsor pasca-IPO di 2022. 

Baca Juga: Melantai di BEI, Begini Rencana Vastland (VAST) Selanjutnya

Penurunan paling dalam dialami oleh OLIV yang anjlok 74% ke Rp 26. Menyusul NANO yang tersungkur 73% dan KLIN turun 69% ke Rp 31. Padahal ketiganya, memasang harga IPO di Rp 100 per saham. 

Bukan hanya masalah penurunan harga saham, pasalnya ada perusahaan yang mulai nakal. Misalnya, ada pemegang saham ZATA yang melakukan transaksi selama periode lock up

Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menyatakan dirinya kurang setuju dengan banyaknya perusahaan yang melakukan IPO. 

"Saya kurang setuju banyak banget IPO karena rata-rata kurang bagus perusahaannya," tegas Teguh. 

Baca Juga: Catatan dan Rekomendasi Analis untuk Saham Baru di BEI: VAST, HALO, PACK, dan CHIP

Sementara, Direktur Infovesta Utama Parto Kawito bercerita sudah puluhan tahun dirinya tidak mengoleksi saham IPO karena tidak bisa ditebak pergerakan harga sahamnya. 

"Selain itu penjatahannya tidak transparan, walaupun ada laporan dari underwriter ke OJK, tapi nyatanya kinerja saham di hari listing tidak mencerminkan kondisi saat IPO," tuturnya kepada Kontan, Rabu (8/2). 

Agar tidak terjebak, Parto menyarankan investor untuk mempelajari fundamental perusahaan, menelaah prospek industri dan perusahaan. Terakhir investor juga perlu mencermati rekam jejak penjamin emisinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×