Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Wawan optimistis pertumbuhan investor reksadana ke depan masih akan signifikan. Dia optimistis, jumlah investor reksadana pada akhir tahun ini akan menyentuh 4,5 juta orang- 5 juta orang jika tren pertumbuhannya masih mengekor tahun lalu.
“Dengan berbagai kemudahan, apalagi banyak testimoni mengenai keuntungan yang didapat dari reksadana, tentu pertumbuhan investor reksadana masih akan berlanjut. Apalagi, potensi industri reksadana di Indonesia juga masih sangat potensial,” terang Wawan.
Oleh karena itu, Wawan meyakini ke depan jumlah pertumbuhan investor reksadana akan jauh lebih optimal ketimbang jumlah investor ritel. Ia berkaca dari negara-negara dengan industri reksadana yang sudah mapan seperti China. Di industri reksadana China, reksadana yang paling besar adalah reksadana pasar uang.
Hal ini tidak terlepas dari masifnya marketplace di negara tirai bambu tersebut. Sehingga, uang pembeli maupun penjual, banyak yang diparkirkan terlebih dahulu di reksadana pasar uang. Dengan pertumbuhan marketplace Indonesia yang semakin masif, Wawan menilai bukan tidak mungkin, nantinya industri reksadana Indonesia akan mempunyai iklim yang mirip dengan China.
Baca Juga: Ada 20 emisi dalam pipeline, BEI menyebut prospek penerbitan surat utang lebih baik
“Apalagi, dengan dana yang lebih besar ke reksadana pasar uang, imbas ke industri reksadana juga akan positif. Pasalnya, kinerja reksadana pasar uang yang tidak merugi serta punya likuiditas, akan memicu pertumbuhan dana kelolaan reksadana jauh lebih stabil,” jelasnya
Pakar keuangan dan pasar modal, Budi Frensidy menambahkan, pertumbuhan investor baik saham maupun reksadana masih akan tetap signifikan ke depan. Menurutnya, reksadana saat ini bisa jadi yang paling dilirik karena memang lebih mudah bagi para investor, khususnya pemula. Apalagi, modal yang ditempatkan pun bisa jauh lebih murah dibanding saham.
“Jadi masyarakat yang memilih investasi ke saham itu memang sedari awal biasanya sudah niat untuk menjadi investor. Maksudnya, memang ingin belajar soal kondisi pasar, mekanisme perdagangan, hingga merasakan pengalaman sekaligus pembelajaran melalui untung-rugi,” terang Budi.
Baca Juga: Investor hati-hati, jumlah penawaran lelang sukuk cetak rekor terendah di tahun ini