kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.200   -59,00   -0,36%
  • IDX 6.906   -22,07   -0,32%
  • KOMPAS100 1.006   -2,44   -0,24%
  • LQ45 769   -3,37   -0,44%
  • ISSI 227   0,00   0,00%
  • IDX30 396   -2,80   -0,70%
  • IDXHIDIV20 458   -3,97   -0,86%
  • IDX80 113   -0,21   -0,19%
  • IDXV30 114   -0,91   -0,79%
  • IDXQ30 128   -1,02   -0,79%

Investor Mulai Lirik Saham Bank di Luar KBMI IV, Kapitalisasi Pasar BBNI Melonjak


Selasa, 01 Juli 2025 / 05:00 WIB
Investor Mulai Lirik Saham Bank di Luar KBMI IV, Kapitalisasi Pasar BBNI Melonjak
Investor ritel memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada ponselnya di Jakarta, Senin (30/6/2025). Saat ini investor mulai memburu saham-saham perbankan KBMI 3, dan beralih dari saham big banks yang sebelumnya jadi favorit investor.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham perbankan besar (big banks) selama ini menjadi incaran utama investor. Namun, belakangan ini, minat investor mulai meluas ke saham bank di luar kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV.

Contohnya terlihat pada saham PT Bank Permata Tbk (BNLI), yang berhasil mencatatkan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. 

Pada perdagangan awal pekan ini (30/6), kapitalisasi pasar BNLI mencapai Rp 100,58 triliun. Bahkan, pada perdagangan sesi pertama di hari yang sama, kapitalisasi BNLI sempat menembus Rp 120 triliun, melewati kapitalisasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang berada di kisaran Rp 119 triliun.

Sebelumnya, pada Kamis (26/6), kapitalisasi BNLI juga telah menyentuh Rp 117,95 triliun.

Baca Juga: Beralih dari Big Banks, Saham Bank KBMI 3 Kini Jadi Incaran Investor

Kenaikan ini tak lepas dari lonjakan harga saham BNLI yang tercatat naik 194,18% sepanjang tahun 2025, dari awal tahun hingga mencapai Rp 2.780 per saham.

Menurut Junior Equity Analyst Pilarmas Sekuritas, Arinda Izzaty, tren ini mencerminkan adanya pergeseran pola investasi, di mana investor mulai melirik bank-bank menengah dan kecil yang menawarkan valuasi lebih menarik dibanding bank-bank besar seperti BRI, BCA, atau Bank Mandiri.

Arinda menilai kinerja keuangan BNLI dalam enam bulan terakhir cukup solid, dengan margin laba bersih sekitar 33% dan return on equity (ROE) sebesar 8,4%. Pendapatan dan laba bersih tumbuh stabil, ditopang oleh posisi kas bersih yang kuat, serta efisiensi operasional yang baik.

Baca Juga: Aksi Jual Investor Asing di Saham Bank Terus Berlanjut, Capai Rekor All-Time High

Meski begitu, dari sisi valuasi, BNLI saat ini diperdagangkan pada price to earnings ratio (P/E) sekitar 33–36 kali dan price to book value (PBV) sekitar 2,7 kali, yang mencerminkan valuasi premium.

Karena itu, Arinda menilai BNLI lebih cocok dikategorikan sebagai saham bertumbuh (growth stock) dibanding saham undervalued.

Arinda menyarankan BNLI dapat dipertimbangkan dalam portofolio investor yang mencari saham bertumbuh. Namun, mengingat valuasinya yang tinggi, ia menyarankan agar saham ini dikombinasikan dengan saham-saham bank lain yang masih undervalued guna mendiversifikasi risiko dan peluang.

 

Beberapa saham bank yang dinilai masih memiliki valuasi murah adalah Bank Panin (PNBN), Bank OCBC NISP (NISP), dan CIMB Niaga (BNGA), yang PBV-nya masih di bawah 1 kali.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, turut menyampaikan bahwa kenaikan harga saham BNLI mencerminkan optimisme pasar terhadap transformasi Bank Permata setelah diakuisisi oleh Bangkok Bank.

Baca Juga: Mulai Cicil Beli Ketika Investor Asing Jual Saham Bank

Peningkatan jumlah saham yang beredar (free float) serta perpindahan ke papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mendorong minat investor, khususnya dari kalangan institusi.

Ekky juga menyoroti bahwa investor kini mulai mencari peluang di luar bank-bank KBMI IV. Bank KBMI III seperti BNLI, BNGA, dan Bank Danamon (BDMN) dinilai menarik karena memiliki fundamental kuat dan valuasi yang masih rendah.

Khusus untuk BNGA dan BDMN, Ekky melihat keduanya memiliki pertumbuhan laba yang stabil, permodalan kuat, serta kualitas aset yang terjaga.

Meski demikian, ia menilai saat ini belum ada katalis atau aksi korporasi besar yang dapat mendorong perubahan signifikan dalam persepsi investor. Ekky menetapkan target jangka panjang untuk BNGA di level Rp 2.000 dan BDMN di kisaran Rp 2.700 per saham.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×