Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, menegaskan bahwa saham big banks belum sepenuhnya ditinggalkan.
Dalam kondisi pasar yang bergejolak, saham-saham besar tetap menjadi sasaran utama tekanan jual, karena dimiliki oleh banyak fund manager, baik lokal maupun global.
Menurut Pandhu, bank yang kepemilikan sahamnya tidak terlalu terpapar oleh fund manager bisa jadi lebih stabil saat pasar berfluktuasi.
Baca Juga: Saham Bank Jumbo Tertekan, Begini Prospeknya
Karena itu, ia menyarankan investor yang tertarik pada saham bank di luar kategori big banks untuk memperhatikan valuasi murah dan prospek pertumbuhan ke depan.
Ia merekomendasikan BNGA dan NISP sebagai pilihan, karena selain valuasinya masih rendah, keduanya juga memiliki potensi dividen yield yang besar.
Target harga yang ditetapkan Pandhu untuk BNGA adalah Rp 1.900 per saham, sementara NISP ditargetkan di Rp 1.500 per saham. Adapun untuk BNLI, ia menilai harganya sudah terlalu tinggi, dengan estimasi nilai wajar di level Rp 2.500 per saham.
Selanjutnya: Subsidi Listrik 2025 Berpotensi Membengkak Jadi Rp 90,32 Triliun, Ini Sebabnya
Menarik Dibaca: HP Infinix Terbaru HOT 50i Juli 2025 Punya Fitur yang Jarang Ada di HP 1 Jutaan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News