kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.607.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.317   10,00   0,06%
  • IDX 7.233   -24,48   -0,34%
  • KOMPAS100 1.065   -7,05   -0,66%
  • LQ45 844   -2,59   -0,31%
  • ISSI 214   -1,99   -0,92%
  • IDX30 434   -1,19   -0,27%
  • IDXHIDIV20 518   -2,00   -0,38%
  • IDX80 122   -0,92   -0,75%
  • IDXV30 124   -0,31   -0,25%
  • IDXQ30 142   -0,53   -0,37%

Investor Diliputi Kekhawatiran, Lelang SUN Pekan Depan Diprediksi Tertekan


Minggu, 08 Desember 2024 / 20:17 WIB
Investor Diliputi Kekhawatiran, Lelang SUN Pekan Depan Diprediksi Tertekan
ILUSTRASI. Obligasi Negara.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lelang Surat Utang Negara (SUN) pekan depan masih akan dibayangi ketidakpastian di pasar keuangan global. Risiko pelemahan nilai tukar dan arah kelanjutan pemangkasan suku bunga The Fed masih menjadi perhatian investor saat ini.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto memperkirakan, lelang SUN pekan depan kemungkinan tidak akan menghimpun penawaran masuk yang begitu tinggi. Proyeksi tersebut karena melihat investor masih cukup khawatir terhadap ketidakpastian yang berada di pasar keuangan termasuk obligasi saat ini.

Kondisi khawatir ataupun ragu terutama pada investor lokal sudah terjadi selama 2-3 kali lelang SBN sebelumnya. Bahkan, permintaan dari perbankan yang biasanya aktif pada lelang nampak turun seiring kondisi pasar obligasi yang tertekan dengan yield SBN 10 tahun berada di kisaran 6,8% - 6,9%.

‘’Ketidakpastian dari eksternal cukup tinggi membuat investor ragu untuk masuk lelang dengan penawaran yang banyak,’’ ucap Ramdhan kepada Kontan.co.id, Minggu (8/12).

Baca Juga: Pemerintah akan Lelang 8 Seri SUN pada Selasa (10/12) Target Indikatif Rp 33 Triliun

Ramdhan menjelaskan bahwa tekanan di pasar obligasi utamanya berasal dari kuatnya dolar Amerika Serikat (AS). Solidnya dolar AS telah menekan mata uang emerging market. Nilai tukar rupiah sendiri terpantau hampir menembus Rp 16.000 per dolar AS.

Di samping itu, ketidakpastian dari arah suku bunga global masih membingungkan pasar. Kini pasar berbalik arah yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lanjutan di akhir tahun 2024 bakal cukup berat, sejak Trump terpilih sebagai Presiden AS.

‘’Semenjak Trump menang, ekspektasi pasar beralih dari awalnya mengira ada penurunan di akhir tahun, ternyata di akhir tahun sinyal-sinyal itu memudar,’’ sebut Ramdhan.

Dengan faktor-faktor ketidakpastian yang masih menyelimuti tersebut, Ramdhan memproyeksi penawaran masuk di lelang SUN pekan depan bakal datar di bawah Rp 30 triliun. Namun penawaran diperkirakan masih berada di rentang target indikatif pemerintah sebesar Rp 22 triliun – Rp 33 triliun.

Untuk diketahui, pemerintah akan menggelar lelang SUN atau Surat Berharga Negara (SBN) dalam mata uang rupiah pada Selasa (10/12). Terdapat delapan (8) seri SUN yang akan ditawarkan yakni SPN12250314, SPN12251211. FR0104, FR0103, FR0098, FR0097, FR0102, serta FR0105.

Baca Juga: Risiko Investasi di Indonesia Meningkat, Begini Efeknya ke Pasar Surat Utang

Menanggapi penerbitan SBN ritel di sepanjang tahun 2024, Ramdhan menilai bahwa minat terhadap SBN ritel tahun ini cukup positif dengan capaian penjualan hampir mirip dengan tahun lalu. Kupon SBN Ritel yang ditawarkan pun cukup positif dengan rata-rata 6,3% per tahun.

Adapun tahun ini pemerintah berpotensi menghimpun total penjualan sekitar Rp 146 triilun -  Rp 147 triilun dari tujuh seri SBN Ritel. Nilai tersebut mendekati capaian penjualan tahun 2023 lalu yang sebesar Rp 147,44 triilun.

Menurut Ramdhan, kemungkinan capaian penjualan SBN Ritel tahun depan juga tidak akan jauh berbeda. Namun mungkin besaran kupon bakal tinggi di kisaran 6,4% - 6,65% sejalan dengan potensi yield SBN 10 tahun sebagai acuan (benchmark) akan berkisar 6,5% - 6,6% sebagai rentang bawah dan 7% - 7,1% sebagai rentang atas.

Ramdhan berpendapat, tekanan di pasar obligasi masih akan berlanjut terutama dari Trump dengan serangkaian kebijakan yang bisa membawa yield global naik atau tertekan. Apalagi, jika Trump sudah resmi dilantik sebagai Presiden AS pada Januari 2025 mendatang.

Faktor suku bunga juga perlu menjadi perhatian di tahun depan karena arah bunga acuan masih abu-abu, mengingat ancaman kebijakan perang dagang Trump terhadap China. Respons kebijakan lebih lanjut antara pemimpin AS ataupun China patut diwaspadai yang berpengaruh bagi gerak pasar surat utang.

Secara keseluruhan, Ramdhan berujar, SBN ritel diperkirakan masih akan tinggi peminat di tahun depan seiring besaran kupon yang ditawarkan bakal tetap tinggi. SBN Ritel juga masih menjadi pilihan utama untuk investasi jangka pendek yang menawarkan return lebih tinggi daripada investasi sejenis yakni deposito, serta pajaknya lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×