Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang negara (SUN) atau obligasi Tanah Air tengah bergairah. Hal ini tampak dari derasnya aliran dana masuk investor asing (capital inflow) ke instrumen tersebut.
Hingga 11 Juli 2025, data Mirae Asset Sekuritas Indonesia menunjukkan dana asing masuk Rp 17,2 triliun (month to date/MtD) di pasar obligasi domestik. Sejak awal tahun 2025, dana asing telah masuk Rp 70 triliun (year to date/YtD).
Dari total inflow tersebut, sekitar Rp 59,8 triliun masuk ke obligasi bertenor panjang yakni di atas 5 tahun.
Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, Lionel Priyadi menilai, investor tengah beralih dari pasar saham yang dianggap sudah tak prospektif lagi akibat pertumbuhan GDP Indonesia yang hanya 4,7%.
Baca Juga: Obligasi Korporasi Ramai di Semester I-2025, Bagaimana Prospek Paruh Kedua Tahun Ini?
“Hal ini menyebabkan investor mengambil strategi defensif di obligasi sejak awal tahun dengan fokus pada tenor pendek 1-5 tahun,” ujar Lionel kepada Kontan, Selasa (15/7).
Namun dalam dua bulan terakhir, dia menyoroti adanya peralihan preferensi investor ke obligasi tenor 10 tahun. Sedangkan dalam sebulan terakhir, tren pergeseran yang dia lihat ke 15 tahun.
Hal ini menurutnya karena ada potensi kenaikan tenor SUN jangka pendek yang semakin tipis dan yield spread tenor jangka pendek dan panjang SUN yang semakin atraktif.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto juga berpendapat serupa. Selain itu, dia juga melihat investor asing mulai kabur dari obligasi Amerika Serikat atau US Treasury akibat gejolak perekonomian AS.
“Karena memang ekonomi di sana (AS) belum sepenuhnya pulih, apalagi sekarang mereka banyak pengeluaran baik itu untuk perang dan sebagainya,” ujar Ramdhan kepada Kontan, Selasa (15/7).
Meskipun, Ramdhan juga tak melepaskan faktor bahwa obligasi AS punya rating, ticket size, dan kapital yang jauh lebih tinggi ketimbang obligasi pemerintah Indonesia.
Namun pada akhirnya, lanjut Ramdhan, investor cenderung tertarik pada obligasi Indonesia karena selain yield menarik, pemerintah juga punya rekam jejak pengelolaan obligasi yang baik, tercermin dari tak pernah gagal membayar utang.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Marak di Semester II-2025, Menarik Dilirik?
Selain itu, Indonesia juga menurutnya terbukti punya ketahanan kuat ketika dihantam tekanan global karena ditunjang dengan kebijakan-kebijakan yang pro pasar.
“Bahkan sebelum Covid-19 itu, hampir 38% atau 40% surat utang kita ini dimiliki oleh asing,” ujarnya.
Lionel meramalkan, tren inflow ke obligasi akan terus bertahan hingga akhir tahun karena prospek pertumbuhan GDP Indonesia yang menurutnya akan semakin lemah menuju 4,5%. “Sehingga IHSG akan semakin ditinggalkan oleh investor asing yang beralih ke SUN,” proyeksinya.
Dia memproyeksi, yield SUN tenor 10 tahun sebesar 6,2%, sedangkan yield obligasi korporasi peringkat AAA di 5,6%
Adapun proyeksi Ramdhan, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun dengan peringkat A dan A+ akan berada di rentang 6,3% atau 6,4%. Sedangkan untuk imbal hasil obligasi korporasi tenor 1 tahun dan 5 tahun dengan rating A+ dan AA-, Ramdhan memprediksi masing-masing di rentang 6% dan 7%-7,5%.
Selanjutnya: BI Rate Perlu Turun Meski Masih Susah Untuk Turun
Menarik Dibaca: 4 Zodiak Paling Open Minded, Tidak Takut Mencoba Hal Baru!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News