kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Investasi pakai uang utang itu salah, ini alasannya


Rabu, 10 Februari 2021 / 19:25 WIB
Investasi pakai uang utang itu salah, ini alasannya
ILUSTRASI. Suasana Dealing Room


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Subdirektorat Pengelolaan Portofolio SUN, Kementerian Keuangan Novi Puspita Wardani mengatakan, portofolio investasi memerlukan adanya diversifikasi.

Namun sebelum melakukan diversifikasi Novi menjelaskan perlu juga mengetahui apa dari tujuan dari diversifikasi tersebut. Diversifikasi dapat memiliki dua tujuan, pertama meminimalisir risiko dan kedua untuk memaksimalkan return atau benefit.

"Misal tujuan untuk yang meminimalisir resiko misal bitcoin bisa ditambahkan dengan government bond. Jadi kalau ditambahkan dengan government bond otomatis risiko dari total portofolionya jadi turun. Tujuan keduanya adalah bisa juga untuk memaksimalkan benefit kalau memang tujuanya untuk maksimalkan return ya bisa pilih misal saya harus menambahkan obligasi korporasi atau saya harus beli bond yang jangka panjang," jelas Novi dalam Diskusi Daring ORASI pada Rabu (10/2).

Investment Story Teller Felicia Putri Tjiasaka menambahkan, investasi dapat diibaratkan seperti jodoh. Artinya hanya orang itu saja yang tahu mana yang sesuai dengan dirinya dan sesuai dengan apa yang jadi kebutuhannya. "Investasi pakai uang utang itu salah, jangan sampai itu," kata Felicia.

Baca Juga: Siap jadi pesaing terberat Tesla di mobil listrik, Rivian berencana IPO tahun ini

Lebih lanjut Felicia menerangkan, jika seseorang memiliki impian jangka pendek maka dapat meletakkan investasi pada instrumen investasi yang memiliki risiko rendah.

"Misal mau nikah tahun depan, jangan taruh uang untuk nikah di saham, bisa taruh ke reksadana pasar uang, ORI bisa. Nah kalau semakin panjang impian misal 5 tahun lebih baru bisa ke yang berisiko saham, properti misalnya. Tapi kalau jangka menengah reksadana obligasi, obligasi negara juga bisa ORI, SR, SBR, ST, emas atau peer to peer landing," jelasnya.

Felicia mengatakan para investor harus memahami bahwa ada istilah hari baik dan kurang baik. Di mana artinya untuk optimalisasi portofolio investasi tak bisa hanya terdiri dari satu instrumen saja.

Investasi harus dapat membuat bagaimana uang bekerja untuk kita namun dengan cerdas. Selain menyelami investasi dengan risiko tinggi, perlu juga investor mengambil instrumen investasi dengan risiko rendah. Hal itu kembali untuk mengantisipasi adanya kemungkinan dampak yang akan terjadi ke depan.

Baca Juga: Jadi sektor unggulan di tahun kerbau logam, simak rekomendasi saham perbankan

"Nggak selamanya saham naik terus terkadang naik kadang turun, jadi perlu instrumen diversifikasi biasanya bisa obligasi, emas, USD bisa juga. Harapannya naik itu pasti tapi perlu diversifikasi juga ke produk yang rendah risikonya. Misal saat saham jatuh dan kita nggak bisa keluar masih ada obligasi yang bantu portofolio kita," jelasnya.

Asal tahu saja, tahun 2020 lalu Novi menyebut, pemerintah bisa menembus penjualan SBN ritel hingga Rp 77 triliun dari target Rp 60 triliun melalui penjualan secara online. Adapun untuk ORI017 dari sekitar 42.000 investor 56% adalah investor baru.

"Kalau lihat trennya itu ORI017 atau ORI018, milenial dan Gen Z cukup banyak dia ambil porsi besar di masing penerbitan ORI 017 atau 018, even gen Z itu post milenial ya. Di ORI016 [Gen Z] itu kurang dari 1% tapi di ORI017 naik 1%, ORI018 ini ada 3% gen Z ini bagus," kata Novi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×