Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diperkirakan berada dalam tekanan pada perdagangan awal pekan, Senin (16/10). Mata uang garuda masih diliputi sentimen suku bunga tinggi The Fed.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengamati, rupiah masih terancam bergerak di atas level Rp 15.700 per dolar AS di perdagangan Senin (16/10). Hal itu seiring dengan potensi penguatan dolar dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor 10 tahun.
“Minimnya katalis penting dari Amerika pekan depan, hanya tersisa data penjualan ritel dan pidato Jerome Powell ketua Fed yang akan mewarnai perdagangan pekan depan,” kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/10).
Nanang mengatakan, inflasi Amerika dinilai tetap tinggi sehingga perspektif pasar terhadap The Fed akan menaikkan suku bunga masih terbuka. Dimana ruang kenaikan suku bunga bisa terjadi pada bulan Desember.
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,10% dalam Sepekan, Simak Proyeksinya untuk Pekan Depan
Rupiah catat penguatan di akhir perdagangan pekan ini di tengah laju inflasi Amerika catat kenaikan untuk periode bulan September pada 3,7%. Sementara itu, angka bulanan catat penurunan pada 0,4% dari 0,6%.
Lain cerita dengan inflasi untuk kawasan utama Asia yakni China yang bertahan tidak mengalami perubahan di September. Ancaman tekanan deflasi China justru berada di depan mata, sehingga memberi kecemasan terhadap berkelanjutan pemulihan ekonomi akibat lesunya permintaan.
Pergerakan rupiah pekan depan akan dipengaruhi bagaimana dolar di akhir penutupan Jumat pekan ini. Apabila pelemahan dolar di akhir sesi berlanjut, maka rivalitas utama akan bergerak menguat, sehingga akan mengerek rupiah untuk menguat menuju level 15.640.
“Namun situasi geopolitik yang memanas di Timur Tengah bisa memicu permintaan akan safe haven tinggi, sehingga dolar bisa berbalik menguat,” ucap Nanang.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyoroti rupiah bergerak melemah dalam sepekan ini akibat data ekonomi Amerika lebih positif, sehingga mendukung penguatan indeks dolar.
Pasar juga dipengaruhi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sekali lagi pada awal November karena data pekerjaan AS yang menunjukkan ketahanan dan lonjakan imbal hasil obligasi.
“Inflasi konsumen AS yang lebih baik dari perkiraan yang memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (15/10).
Baca Juga: Ekonom: BI Belum Perlu Menaikkan Suku Bunga Acuan
Sutopo melihat, ke depannya The Fed bakal lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan tambahan mengingat masih adanya ketidakpastian seputar perekonomian. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan The Fed dalam risalah pertemuan baru-baru ini yang berniat mempertahankan biaya pinjaman guna mengembalikan inflasi ke target 2%.
Menurut Sutopo, rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp 15.600 per dolar AS – Rp 15.700 per dolar AS di perdagangan Senin (16/10). Sedangkan, Nanang memproyeksikan rupiah akan berada dalam rentang harga Rp 15.600 per dolar AS – Rp 15.750 per dolar AS di hari Senin (16/10).
Adapun rupiah spot secara harian ditutup menguat 0,12% di level Rp 15.682 per dolar AS di perdagangan akhir pekan, Jumat (13/10). Sedangkan, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,04% di level Rp 15.709 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam sepekan pelemahan rupiah spot sekitar 0,44% dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.613 per dolar AS. Rupiah Jisdor BI mencatat pelemahan sekitar 0,51% dari posisi terakhir pekan lalu Rp 15.628 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News