Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Jumlah saham yang mengisi papan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kembali bertambah. Sejumlah calon emiten sudah bersiap menggelar initial public offering (IPO) kuartal dua tahun ini. Sejumlah emiten bahkan sudah mulai menjalankan proses penerbitan saham perdana ini.
Dengan demikian, ada kemungkinan kuartal kedua tahun ini menjadi tahun yang ramai IPO. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memproses rencana IPO 15 emiten. "Mereka memakai laporan keuangan Desember, jadi secara teori, Juni selesai," kata Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, Jumat (31/3). Rata-rata perusahaan yang akan IPO memiliki aset berkisar Rp 500 miliar sampai Rp 5 triliun.
Jika proses ini lancar, jumlah emiten yang melepas saham perdana di paruh pertama tahun ini jauh lebih banyak ketimbang 2016. Di semester satu tahun lalu, hanya 8 emiten yang IPO, tiga di antaranya yang menggelar IPO di kuartal I-2016 (lihat tabel).
Salah satu emiten yang telah melakukan mini expose di BEI Kamis lalu adalah PT Mark Dynamics Indonesia, dengan underwriter Panin Sekuritas. Perusahaan manufaktur yang di Sumatra Utara ini membidik dana segar Rp 40 miliar lewat IPO.
Sriwijaya Air pun punya niatan melepas saham di bursa paruh pertama tahun ini. Perusahaan penerbangan ini berencana melepas sekitar 25% saham. Tapi, maskapai ini masih enggan menyebut target dana IPO. Adapun, underwriter IPO: CLSA CITIC dan RHB Securities.
Anak usaha MAPI, yakni PT MAP Boga Adiperkasa dikabarkan juga akan IPO di tahun ini. PT Samick Indonesia, produsen piano dan gitar juga bakal IPO di April tahun ini.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, kuartal dua jadi saat yang tepat bagi calon emiten menggelar IPO. Pasar masih berada dalam tren bullish, sehingga saham bisa dengan mudah terserap pasar. "Biasanya faktor pasar bull atau naik mempengaruhi kesuksesan IPO," kata Hans ke KONTAN, Minggu (2/4).
Selain itu, banyak hal lain yang berpengaruh atas penyerapan saham IPO. Beberapa hal yang jadi perhatian investor adalah produk perusahaan yang dikenal masyarakat, pemilik perusahaan serta manajemen bereputasi baik, underwriter yang baik dan juga perusahaan yang baik dan diminati, seperti infrastruktur dan barang konsumsi.
Meski demikian, Hans menilai minat investor akan lebih besar terhadap tawaran saham perdana emiten BUMN. Tapi, di antara beberapa emiten yang sudah masuk ke pipeline bursa, belum satu pun nama BUMN maupun anak usaha BUMN yang tampak.
Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, mengatakan, kondisi pasar di kuartal kedua masih bagus. Indeks masih di level tinggi, nilai tukar rupiah menguat dan inflasi terkendali. Investor asing juga masih bertahan pada posisi beli bersih. Ini mengindikasikan optimisme pasar saham.
Kata Alfred, BUMN memang punya nilai lebih di mata investor. "Kalau bukan BUMN tapi sektornya menarik, bisa jadi salah satu pertimbangan," ujar dia. Ada baiknya, investor memperhatikan pertumbuhan kinerja, sustainability bisnis dan sektor, good corporate governance, serta strategi manajemen dalam memilih saham IPO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News