Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal kuartal keempat 2019, mayoritas emiten penghuni Bursa Efek Indonesia (BEI) belum merilis kinerja keuangan untuk periode kuartal ketiga 2019. Akan tetapi, emiten-emiten tersebut telah merilis laporan kinerja untuk periode semester I 2019.
Berdasarkan data yang dirangkum Kontan.co.id, emiten sektor perbankan mencatatkan kinerja yang cukup baik. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, pada kuartal II 2019 mencatatkan pertumbuhan laba 8,18% menjadi Rp 16,16 triliun.
Baca Juga: Analis: Subsektor semen bisa tumbuh jika permintaan dari sektor properti bangkit
Adapula PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang labanya tumbuh 12,61% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 12,86 triliun.
Sementara itu, kinerja emiten sektor pertambangan khususnya batubara terpantau mengalami penurunan. Misalkan saja Laba PT Indika Energy Tbk (INDY) yang anjlok 83,41% menjadi US$ 12,66 juta. Pendapatan INDY juga turun 4,6% dari sebelumnya US$ 1,44 miliar menjadi US$ 1,38 miliar.
Analis menilai, pada kuartal ketiga dan keempat kinerja emiten sektor perbankan berpeluang untuk mengalami peningkatan. Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kebijakan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dapat menjadi katalis positif bagi sentimen sektor perbankan. Sebab, penyaluran kredit dari perbankan akan meningkat.
Selain itu, emiten sektor properti juga dinilai akan diuntungkan dengan adanya penurunan suku bunga BI. Terlebih, BI juga telah melonggarkan kebijakan rasio pinjaman terhadap asset atau Loan to Value (LTV) untuk mendorong kenaikan kredit properti.
Tak pelak, kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja emiten properti dan perbankan pada kuartal ketiga dan keempat. “Penurunan tingkat suku bunga acuan dan pelonggaran LTV oleh BI juga akan memengaruhi kinerja sektor perbankan dan sektor properti,” ujar Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/10).
Baca Juga: Kuartal III-2019, pendapatan Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) naik 16,71%
Di sisi lain, Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, kinerja emiten telekomunikasi diperkirakan juga akan naik. Sebab, ia melihat adanya potensi kenaikan lalu lintas (traffic) pemakaian data selular terutama pada momentum hari raya keagamaan.
“Adanya potensi peningkatan traffic terutama data di hari raya khususnya pada kuartal keempat 2019 yang berpotensi untuk mencatatkan peningkatan kinerja yang solid,” ujar Thendra kepada Kontan.co.id, Minggu (20/10).
Sementara itu, Thendra menilai kinerja emiten sektor konsumsi khususnya rokok akan sedikit tertekan pada kuartal ketiga 2019. Akan tetapi, kinerja emiten rokok bakal meningkat pada kuartal keempat seiring dengan penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) atas pemberlakuan peningkatan tariff cukai rokok sebesar 23% pada 2020.
Emiten pertambangan batubara juga diprediksi masih akan tertekan seiring dengan melemahnya harga batubara dunia. Saat ini pun harga batubara acuan (HBA) untuk periode Oktober 2019 turun 1,5% dari bulan September menjadi US$ 65,79 per ton.
Selain itu, ekonomi China yang diperkirakan tumbuh melambat dapat menurunkan permintaan akan batubara dunia.
Baca Juga: Darma Henwa (DEWA) Mulai Fokus Garap Tambang Mineral
Akan tetapi, Nafan yakin kinerja emiten tambang batubara akan membaik sepanjang kuartal ketiga dan keempat. Sebab, harga batubara berpeluang mengalami kenaikan seiring dengan datangnya musim dingin di Negara-negara subtropis.
Nafan juga menilai kinerja emiten tambang logam seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bakal terkerek seiring dengan naiknya harga nikel dan emas.
“Nikel tren nya sedang bagus karena demand-nya saat ini cukup tinggi untuk memproduksi baterai,” lanjut Nafan.
Kebijakan pemerintah di bidang infrastruktur juga diperkirakan akan meningkatkan kinerja emiten semen dan konstruksi. Terlebih, terpilihnya kembali Jokowi sebagai presiden di periode kedua dapat menjadi sentimen positif.
“Kemenangan Jokowi dapat menjadi katalis positif karena memang program pemerintah membangun infrastruktur,” terang Nafan. Selain itu, efisiensi yang dilakukan oleh emiten semen diharapkan mampu mendongkrak kinerja perusahaan.
Baca Juga: Pasar kembali bergairah, begini ringkasan perdagangan bursa dalam sepekan
Beberapa emiten semen diketahui telah melakukan efisiensi untuk menekan biaya operasional. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) misalnya, melakukan efisiensi bahan bakar dengan menggunakan Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar hasil olahan sampah masyarakat.
Selain itu, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) juga melakukan efisiensi dengan menggunakan batubara dengan nilai kalori yang lebih optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News