kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini saran analis bagi investor obligasi korporasi


Kamis, 12 Februari 2015 / 18:06 WIB
Ini saran analis bagi investor obligasi korporasi
ILUSTRASI. Pemilik usaha serabi di Majalengka sekaligus debitur UMi PIP, Nonoy Nurhasanah.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kinerja obligasi korporasi di pasar sekunder dikenal sebagai instrumen tidak likuid. Namun sepanjang 2015 ini performa kinerja obligasi korporasi mampu melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hal tersebut setidaknya tercermin pada perbandingan kinerja Indobex Corporate Total Return dengan IHSG. Sejak akhir tahun 2013 (year to date/ytd) hingga Kamis (12/2), Indobex Corporate Total Return dapat tumbuh hingga 2,48% sedangkan performa IHSG cuma 2,24%.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar memprediksi hal tersebut tak berlangsung dalam jangka panjang. Menurutnya kinerja IHSG yang di bawah kinerja obligasi korporasi lebih disebabkan oleh tingkat fluktuasi IHSG yang sangat tinggi.

“Kinerja obligasi korporasi cenderung stabil ke atas tapi perlahan. Sedangkan IHSG bersifat volatile,” ujar Kumar. Sehingga ia memprediksi hal ini tak berlangsung lama mengingat ruang penguatan untuk IHSG sendiri masih terbuka lebar. “Secara jangka panjang, di akhir tahun ini misalnya, masih akan lebih tinggi IHSG,” prediksinya.

Untuk menanggapi hal tersebut, Kumar tetap menyarankan agar investor cukup mempertimbangkan besaran kupon obligasi korporasi ketimbang berharap pada capital gain di pasar sekunder. Adapun ia merekomendasikan investor dapat mengoleksi obligasi korporasi dari emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bersinggungan dengan program percepatan infrastruktur pemerintah.

Alasannya, peringkat utang perusahaan BUMN relatif lebih terjamin. Kemudian potensi pendapatan perusahaan ini juga cukup tinggi dengan ikut serta dalam program pemerintah tersebut. “Sehingga bisa mengurangi resiko gagal bayar. Peringkat utang minimal AA-,” tambah Kumar.

Sedangkan Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra menyarankan agar investor tetap membandingkan kupon yang diberikan emiten dengan laju inflasi dan tren yield SUN. Ia juga menyarankan investor perlu mencermati tawaran bunga deposito yang tetap ada peluang lebih tinggi dibanding kupon obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×