kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini saran analis bagi investor obligasi korporasi


Kamis, 12 Februari 2015 / 18:06 WIB
Ini saran analis bagi investor obligasi korporasi
ILUSTRASI. Pemilik usaha serabi di Majalengka sekaligus debitur UMi PIP, Nonoy Nurhasanah.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kinerja obligasi korporasi di pasar sekunder dikenal sebagai instrumen tidak likuid. Namun sepanjang 2015 ini performa kinerja obligasi korporasi mampu melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hal tersebut setidaknya tercermin pada perbandingan kinerja Indobex Corporate Total Return dengan IHSG. Sejak akhir tahun 2013 (year to date/ytd) hingga Kamis (12/2), Indobex Corporate Total Return dapat tumbuh hingga 2,48% sedangkan performa IHSG cuma 2,24%.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar memprediksi hal tersebut tak berlangsung dalam jangka panjang. Menurutnya kinerja IHSG yang di bawah kinerja obligasi korporasi lebih disebabkan oleh tingkat fluktuasi IHSG yang sangat tinggi.

“Kinerja obligasi korporasi cenderung stabil ke atas tapi perlahan. Sedangkan IHSG bersifat volatile,” ujar Kumar. Sehingga ia memprediksi hal ini tak berlangsung lama mengingat ruang penguatan untuk IHSG sendiri masih terbuka lebar. “Secara jangka panjang, di akhir tahun ini misalnya, masih akan lebih tinggi IHSG,” prediksinya.

Untuk menanggapi hal tersebut, Kumar tetap menyarankan agar investor cukup mempertimbangkan besaran kupon obligasi korporasi ketimbang berharap pada capital gain di pasar sekunder. Adapun ia merekomendasikan investor dapat mengoleksi obligasi korporasi dari emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bersinggungan dengan program percepatan infrastruktur pemerintah.

Alasannya, peringkat utang perusahaan BUMN relatif lebih terjamin. Kemudian potensi pendapatan perusahaan ini juga cukup tinggi dengan ikut serta dalam program pemerintah tersebut. “Sehingga bisa mengurangi resiko gagal bayar. Peringkat utang minimal AA-,” tambah Kumar.

Sedangkan Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra menyarankan agar investor tetap membandingkan kupon yang diberikan emiten dengan laju inflasi dan tren yield SUN. Ia juga menyarankan investor perlu mencermati tawaran bunga deposito yang tetap ada peluang lebih tinggi dibanding kupon obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×