Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Surat utang korporasi baru di awal tahun membanjiri pasar. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, total emisi obligasi korporasi sejak awal Januari hingga kemarin (11/2) telah mencapai Rp 4,77 triliun. Jumlah ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya Rp 600 miliar.
Obligasi tersebut berasal dari empat emiten. Yang terbaru, pencatatan obligasi berkelanjutan I tahap II Bank OCBC NISP senilai Rp 3 triliun, Rabu (11/2). Surat utang ini diterbitkan dalam tiga seri. Seri A dicatatkan dengan kode obligasi NISP01ACV2 senilai Rp 1,09 triliun dengan tingkat bunga tetap 9% per tahun.
Seri B dengan kode NISP01BCN2 senilai Rp 670 miliar dengan kupon 9,4% per tahun. Lalu, seri C dengan kode NISP01CCN2 diterbitkan senilai Rp 1,23 triliun dengan kupon 9,8%.
Selain OCBC NISP, obligasi lainnya yang sudah terbit adalah penerbitan umum berkelanjutan (PUB) Eximbank II tahap IV senilai Rp 1,5 triliun, obligasi subordinasi Bank Capital II Rp 200 miliar, dan PUB I Greenwood Sejahtera Tahap I senilai Rp 72 triliun.
Sementara, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI mencapai 261 emisi dengan nilai nominal sebesar Rp 226,08 triliun dan US$ 100 juta. Surat utang tersebut diterbitkan oleh 104 emiten.
Analis obligasi Millenium Danatama memperkirakan, harga obligasi OCBC NISP akan naik di pasar sekunder. Namun, kurang likuidnya instrumen tersebut akan menahan laju kenaikan harga. "Investor obligasi korporasi kebanyakan institusi dan memilih untuk hold to maturity sehingga kurang likuid di pasar sekunder," ujar Desmon, Rabu (11/2).
Desmon memprediksi, penerbitan obligasi korporasi akan membanjir di semester I-2015. Pasalnya, dari total obligasi jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 34 triliun, mayoritas atau sebesar Rp 18,5 triliun berada di semester I. "Sehingga, kemungkinan besar ada penerbitan obligasi sebesar itu di semester I karena perusahaan melakukan refinancing," tutur Desmon.
Maraknya penerbitan obligasi korporasi juga dipicu oleh turunnya cost of fund pembayaran kupon seiring penurunan yield surat utang negara (SUN) seri acuan. Selain itu, laju inflasi melandai akibat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ramainya penerbitan obligasi terlihat dari mandat penerbitan obligasi yang diterima PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Hingga 21 Januari 2015, Pefindo telah menerima mandat senilai Rp 2,75 triliun.
Direktur Pemeringkatan Pefindo Vonny Widjaja mengatakan, penerbitan tersebut menggunakan laporan keuangan September atau Desember 2014. Artinya, surat utang tersebut akan terbit di semester I ini.
Sepanjang tahun ini, Vonny memprediksi, penerbitan obligasi korporasi sekitar Rp 55 triliun atau lebih tinggi dari realisasi tahun lalu, yang hanya Rp 48,04 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News