Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pasar obligasi korporasi semakin ramai. Kali ini Bank OCBC NISP mencatatkan obligasi berkelanjutan I tahap II senilai Rp 3 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, surat utang ini diterbitkan dalam tiga seri. Yakni, seri A dicatatkan dengan kode obligasi NISP01ACV2 senilai Rp 1,09 triliun. Seri ini ditawarkan dengan tingkat bunga tetap 9% per tahun dengan jangka waktu satu tahun. Adapun masa jatuh tempo pada 20 Februari 2016.
Kemudian, seri B dengan kode NISP01BCN2 senilai Rp 670 miliar. Seri ini ditetapkan dengan kupon 9,4% per tahun dengan tenor dua tahun. Adapun masa jatuh tempo seri ini pada 10 Februari 2017.
Lalu ada seri C dengan kode obligasi NISP01CCN2 diterbitkan senilai Rp 1,23 triliun. Surat utang ini diterbitkan dengan kupon 9,8% dengan tenor tiga tahun dan jaruh tempo 10 Februari 2018.
Ketiga seri obligasi tersebut akan melakukan pembayaran bunga secara tiga bulanan. Untuk pembayaran bunga pertama akan dilakukan 10 Mei 2015.
Penerbitan surat utang ini telah menggenggam peringkat AAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan AAA dari PT Fitch Rating Indonesia.
Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2015 adalah empat emisi dari empat emiten senilai Rp 4,77 triliun.
Total outstanding emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 261 emisi dengan nilai nominal sebesar Rp 226,08 triliun dan US$ 100 juta, diterbitkan oleh 104 Emiten.
Analis obligasi Millenium Danatama memperkirakan harga obligasi ini akan mengalami kenaikan di pasar sekunder. Namun, kurang likuidnya instrumen tersebut akan menahan laju kenaikan harga. "Investor obligasi korporasi kebanyakan institusi dan memilih untuk hold to maturity sehingga kurang likuid di pasar sekunder," ujar Desmon, Jakarta, Rabu (11/2).
Desmon memprediksi penerbitan obligasi korporasi akan membanjir di semester I tahun ini. Pasalnya, dari total obligasi jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 34 triliun, mayoritas atau sebesar Rp 18,5 triliun berada di semester I.
Total obligasi jatuh tempo didominasi oleh perusahaan sektor keuangan seperti multifinance dan perbankan. "Sehingga, kemungkinan besar ada penerbitan obligasi sebesar itu di semester I karena perusahaan melakukan refinancing," tutur Desmon.
Sepanjang tahun ini, penerbitan obligasi korporasi masih akan ramai sekitar Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun. Maraknya penerbitan obligasi korporasi diperkirakan dipicu oleh turunnya cost of fund pembayaran kupon surat utang seiring penurunan yield surat utang negara (SUN) seri acuan.
Selain itu, tren laju inflasi juga melandai akibat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Kupon obligasi diprediksi semakin turun di semester II dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate. "Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan mengalami kenaikan sehingga menopang penerbitan obligasi," tutur Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News