Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara untuk emiten yang bergerak di bidang peternakan ayam, Sukarno menilai kemenangan gugatan Brasil di World Trade Organization (WTO) membuahkan sentimen negatif ke JPFA, CPIN, dan MAIN. “Sehingga pasokan menjadi meningkat dan membuat harga ayam menjadi turun,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).
Untuk emiten lain seperti SCMA, INKP, dan TOPS, Sukarno menilai emiten-emiten tersebut sedang berada dalam pergerakan downdtrend sehingga belum menunjukkan sinyal transisi untuk pembalikan arah gerak.
Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Menanti Realisasi Negosiasi AS-China
Turunnya harga komoditas yang berkaitan dengan bidang usaha emiten juga berdampak pada merosotnya harga beberapa emiten. Tertekannya emiten tambang seperti PTBA disebabkan merosotnya harga batubara sejak akhir tahun lalu.
“Sehingga berdampak ke emiten tambang batubara lain, bukan hanya PTBA,“ ujar Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony kepada Kontan.co.id, Sabtu(10/8). Pun begitu dengan harga saham INKP yang terkena imbas akibat turunnya harga kertas dunia.
Baca Juga: Defisit Transaksi Berjalan (CAD) Melebar, IHSG Masih Bisa Menguat Hingga Akhir Tahun
Sementara untuk emiten perbankan yakni BDMN, Chris menilai akuisisi saham BDMN dengan Mitsui Jepang yang telah usai membuat harga saham emiten ini ikut tertekan sejak permulaan 2019.
Berbeda dengan emiten lainnya, LPPF justru terimbas efek negatif dari perkembangan teknologi dan pergeseran gaya hidup masyarakat. Menurut Chris, rontoknya harga LPPF sejak awal tahun akibat oleh tren jual-beli online yang semakin tumbuh di masyarakat. “Sehingga membuat beberapa gerai LPPF (Matahari Department Store) tutup dan membuat harga sahamnya turun,” pungkas Chris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News