kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab lesunya pergerakan saham-saham berfundamental bagus


Selasa, 20 Juli 2021 / 13:53 WIB
Ini penyebab lesunya pergerakan saham-saham berfundamental bagus
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga sejumlah saham dengan fundamental cukup solid dan likuiditas tinggi masih tertekan. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks LQ45, indeks yang sering dijadikan acuan investasi di pasar modal, dimana indeks ini terkoreksi 12,59% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). Koreksi ini lebih dalam dibandingkan koreksi yang menimpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya terkoreksi 1,43%.

Sejumlah saham-saham penghuni indeks ini pun berkinerja kurang apik. Contohnya saham di sektor barang konsumsi, ambil contoh saham  PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang terkoreksi 30,95% sejak awal tahun. Adapula saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang terkoreksi 2,92% dan saham PT PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang anjlok hingga 11,23%.

Saham-saham perusahaan tambang batubara juga masih lesu, meskipun harga komoditasnya saat ini tengah perkasa. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) masing-masing terkoreksi 12,59%, 23,84%, dan 28,20%.

Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut melemah pada Rabu (21/7), berikut sentimennya

Pun demikian saham-saham big caps di sektor perbankan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 9,35%, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi 9,09%, bahkan  saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok hingga 21,94%. Saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di tanah air, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga terkoreksi 11,30% sejak awal tahun.

Sebenarnya, berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2021, emiten penghuni Indeks LQ45 tersebut cenderung bagus masih cukup solid dan secara fundamental  masih cukup bagus.  

Namun, Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah menilai, ada sejumlah faktor yang membuat saham-saham tersebut mengalami penurunan dim tengah masih merebaknya kasus Covid-19.

Untuk sektor consumer goods seperti UNVR, ICBP, dan INDF, penurunan harga saham terjadi akibat sentimen adanya kenaikan dari harga komoditas seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan minyak mentah yang menjadi salah satu bahan baku beberapa produk.

Kenaikan harga komoditas dikhawatirkan akan meningkatkan  beban pokok penjualan atau cost of good sold (COGS),  dimana  biaya bahan baku berkontribusi cukup besar.  Misalkan saja UNVR, dimana  CPO dan minyak mentah menyumbang hingga 83% dari komponen COGS. Sehingga, hal ini membuat para perlaku pasar khawatir akan terpangkasnya margin dari beberapa emiten tersebut.

“Selain itu, emiten consumer goods juga dihadapi persaingan bisnis antar perusahaan sejenisnya yang juga cukup ketat dalam mempertahankan pangsa pasarnya,” terang Regina kepada Kontan.co.id, Senin (19/7).

Baca Juga: Seluruh jenis indeks reksadana kompak menguat pada pekan lalu

Pun demikian dengan saham-saham perbankan big caps seperti BBNI, BBRI, BMRI secara fundamental juga sebenarnya baik. Begitu juga dengan ADRO, PTBA dan UNTR. Secara umum, Regina mengatakan saat ini investor lebih cenderung melihat momentum ketika ingin melakukan pembelian saham.

Seperti ketika ada kabar mengenai digitalisasi bank-bank mini. Ketika kabar tersebut beredar,  investor terutama investor domestik berbondong-bondong melakukan akumulasi beli pada beberapa saham tersebut.

Kemudian, ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19 dimana pelayanan kesehatan dan obat-obatan sangat dibutuhkan, investor akam memburu beberapa saham-saham farmasi  seperti PT Phapros Tbk (PEHA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Karbe Farma Tbk (KLBF), dan  PT Indofarma Tbk (INAF).

“Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat ini investor lebih mencari emiten-emiten yang dapat memberikan pertumbuhan return yang cepat dengan momentum yang tepat,” terang Regina. 

Selanjutnya: Daftar efek dalam pemantauan khusus diluncurkan, ini kriterianya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×