kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Penyebab Indeks Dolar AS Menguat


Rabu, 07 September 2022 / 16:56 WIB
Ini Penyebab Indeks Dolar AS Menguat
ILUSTRASI. Indeks dolar AS terus menguat


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) tampil perkasa dan masih melanjutkan tren kenaikan pada hari ini. Mengutip Barchart, terlihat dari indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan 7 September 2022, berada di level 110,30 dan mencetak rekor tertinggi sejak 20 tahun.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, indeks dolar AS berusaha bertahan di atas level psikologis 110,00 dan menguat 0,61% dan berada di posisi tertinggi baru 20 tahun.

"Imbal Hasil US Treasury yang lebih tinggi pada hari Selasa mendukung kenaikan dolar AS. The greenback juga mendapat dukungan dari penurunan yuan China yang berada ke level terendah 2 tahun, penurunan euro ke level terendah 20 tahun dan yen Jepang turun ke level terendah 24 tahun terhadap dolar," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (7/9).

Pelemahan saham pada hari Selasa mendorong permintaan dolar AS. Selain itu, dolar juga mendapat dukungan dari data indeks layanan ISM Agustus secara tak terduga naik 0,2% ke level tertinggi 4 bulan di 56,9, lebih kuat dari ekspektasi penurunan ke 55,3.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 14.918 Per Dolar AS Pada Hari Ini (7/9)

Sutopo menjelaskan, rupiah tidak terlihat menguat signifikan kemarin, dan hari ini kembali melemah. Jika penguatan dolar berlanjut, rupiah bisa kembali menyentuh angka psikologis di level Rp 15.000

Dolar AS telah menguat sepanjang 16 bulan terakhir dan mencetak rekor tertinggi 20 tahun. Sebagai mata uang cadangan, dolar lebih menarik di tengah sentimen negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Menurut Sutopo kenaikan suku bunga kemungkinan masih berlanjut untuk mengendalikan inflasi dengan demikian akan berpengaruh pada rupiah.

Namun secara teknis, penguatan tidak mungkin berlanjut terus, akan ada sejumlah likuidasi posisi panjang Dolar di kemudian hari. Bisa pekan ini, pekan depan atau bulan depan, hal tersebut pasti akan terjadi.

Sutopo menyarankan selain dolar mata uang yang bisa jadi pilihan yaitu ke dolar Kanada dan Swiss franc. Dolar Kanada dengan dukungan ekonomi yang kuat dan Swiss franc dengan fundamental yang baik serta mata uang safe haven.

Menurut Sutopo rupiah masih berpotensi menguat karena memiliki sumber daya alam yang mendukung, artinya ekonomi Indonesia cenderung bertahan dibanding negara empat musim.

"Kenaikan suku bunga bermaksud untuk menurunkan inflasi dan supaya tidak terjadi perbedaan yang jauh dengan negara ekonomi maju, dan ini tentu baik buat rupiah supaya tidak terdepresiasi terlalu jauh," ujarnya.

Kenaikan suku bunga meskipun baik untuk mengendalikan inflasi, namun dapat membuat dunia usaha mengalami kesulitan, pinjaman perusahaan tentu akan dibayar dengan suku bunga yang tinggi.

Di tempat lain, karena nilai mata uang negara lain terdepresiasi akibat dolar AS yang kuat, mereka harus mengkalkulasi ulang nilai pinjaman mereka supaya tidak membengkak dan mengalami default.

Baca Juga: Ekonom: Otoritas Perlu Lebih Persuasif untuk Tarik Minat Eksportir Bawa Pulang DHE

"Contohnya, Hal ini terlihat dari dari lelang surat hutang Indonesia kemarin. Pemerintah meski membutuhkan dana untuk belanja dan membangun infrastruktur, namun tidak seperti sebelumnya hasil lelang menurun dan pemerintah tidak mengambil porsi penuh dari lelang tersebut," tuturnya.

Sutopo mengatakan indeks dolar AS masih dapat menguat hingga 111,00. Namun secara teknis, momentum penguatan mulai kehilangan kekuatan.

Rupiah diperkirakan dalam waktu dekat akan berada di level Rp 14.955-Rp15.000 per dolar AS dan di akhir tahun, kemungkinan menguat kembali ke area Rp 14.700 dolar AS.

"Karena rata-rata negara dengan dukungan komoditas dan sumber daya alam akan lebih bertahan. Upaya BI dalam mengendalikan inflasi akan menjaga rupiah tetap likuid," tutupnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×