kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   0,00   0,00%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ini kata analis perihal tren penguatan rupiah


Jumat, 15 Juli 2016 / 19:56 WIB
Ini kata analis perihal tren penguatan rupiah


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) terus bergerak menguat. Tren penguatan nilai tukar tersebut diperkirakan akan berdampak positif terhadap pasar modal.

Tren penguatan ini disinyalir sebagai dampak dari tax amnesty yang membuat banyak dana asing masuk ke dalam negeri. Pada penutupan perdagangan akhir pekan ini (15/7), nilai tukar rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) ditutup menguat tipis 0,01% ke level Rp 13.086. Sementara dalam sepekan rupiah sudah terangkat 0,65%.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan penguatan nilai tukar rupiah didorong dana asing yang mulai masuk pasca keluar Undang-undang (UU) Tax Amnesty. "Dana asing mulai masuk tidak hanya ke pasar modal tapi juga ke pasar keuangan." katanya, Jumat (15/7).

Selain itu, penguatan rupiah tersebut kata Hans juga didorong oleh kondisi fundamental Indonesia yang semakin membaik. Ini tercermin dari data cadangan devisa Indonesia bulan Juni naik menjadi US$ 109,8 miliar dari sebelumnya US$ 103,6 miliar dan neraca perdagangan mengalami surplus US$ 900,2 juta.

Menurut Hans, tren nilai tukar akan terus membaik. Ia bilang, penguatan tersebut akan memberikan keuntungan terhadap banyak emiten yang tercatat di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya, sebagai besar emiten tersebut berbasis impor, hanya emiten berbasis ekspor seperti sektor tambang dan komoditas jumlahnya kecil.

Selain menguntungkan emiten yang memiliki komponen impor besar, lanjut Hans, penguatan rupiah juga akan membawa dampak positif bagi emiten yang memiliki komposisi utang valas dalam jumlah besar seperti PT Alam Sutera Tbk (ASRI) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Sementara, sektor yang diuntungkan dari sisi ekposure impor adalah sektor properti emiten yang paling diuntungkan dari penguatan rupiah di antaranya industri properti, farmasi, pakan ternak, dan manufaktur.

Senada, David Sutyanto, analis First Asia Capital mengatakan penguatan rupiah akan memberikan dampak positif kepada emiten yang memiliki kebutuhan akan impor dan mempunyai utang luar negeri dalam jumlah besar.

Salah satu emiten yang paling diuntungkan dari penguatan tersebut menurutnya adalah PT Astra International Tbk (ASII) karena sebagai memiliki kebutuhan impor yang besar untuk industri otomotif dan PT Charoen Pokphand tbk (CPIN) memiliki kebutuhan impor akan jagung dalam jumlah besar.

Sementara Hans melihat prospek nilai tukar rupiah ke depan masih akan cenderung menguat seiring dengan mulai masuknya dana-dana repatriasi. Menurutnya ini akan semakin memberi dampak positif ke pasar saham. Dirinya optimis hingga akhir tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 5.500 hingga akhir tahun.

Hans menilai kondisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil merupakan saat yang tepat bagi korporasi yang memiliki utang valas untuk melakukan hedging (lindung nilai).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×