kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.934   1,00   0,01%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini Deretan Saham Paling Untung Tahun 2021 dan Prospeknya ke Depan


Senin, 27 Desember 2021 / 06:55 WIB
Ini Deretan Saham Paling Untung Tahun 2021 dan Prospeknya ke Depan


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simak daftar saham yang memberikan untung paling besar sepanjang tahun 2021 ini. Apakah saham yang paling untung sepanjang tahun 2021 masih memiliki prospek bagus untuk periode mendatang?

Saham paling untung sepanjang tahun 2021 umumnya adalah saham lapis bawah. Merujuk data Bloomberg, saham lapis bawah mendominasi top gainers atau memberikan untung paling besar sepanjang 2021.

Posisi pertama saham yang memberikan untung paling besar tahun 2021 adalah saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).  Saham perbankan milik konglomerat Chairul Tanjung ini naik 4.291,53% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). 

Pada perdagangan Jumat 24 Desember 2021, saham BBHI ditutup di level Rp 6.925, naik 250 poin dibandingkan sehari sebelumnya, atau meningkat 3,75%.

Di posisi kedua, saham yang memberikan untung paling besar tahun 2021 adalah saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) dengan kenaikan 2.661,11% sejak awal tahun. Pada perdagangan Jumat (24/12), saham TFAS ditutup di level Rp 4.970, turun 180 poin dari sehari sebelumnya atau melemah 3,50%.

Selain BBHI, ada pula saham perbankan lapis bawah lainnya yang masuk kategori saham yang memberikan untung paling besar tahun 2021 seperti PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dengan kenaikan  990.81%. Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga termasuk saham yang memberikan untung paling besar tahun 2021 dengan kenaikan 945,44%.

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatakan, dominasi saham-saham lapis bawah tidak hanya terjadi pada  tahun ini. Di setiap  tahun pun, selalu saham-saham second  and third liner mendominasi top gainers. Hal ini karena saham blue chips memiliki kapitalisasi pasar (market cap) yang besar. Sementara saham-saham lapis bawah memiliki market cap yang kecil, sehingga kenaikannya lebih signifikan.

Baca Juga: Sejumlah Sentimen Ini Membayangi Pergerakan IHSG pada Pekan Terakhir Desember 2021

Menurut Teguh, kenaikan saham-saham ini tidak terlepas dari ekspansi yang dilakukan. Misalkan saja, bank-bank kecil yang saat ini bertransformasi menjadi bank digital. Mereka lebih jorjoran dalam hal promosi, ‘bakar uang’, iklan, dan ekspansi.

“Akhirnya perusahaan menjadi terkenal, sahamnya dikenal orang, dan harganya naik,” terang Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (26/12). Teguh melihat, promosi dan aksi ‘membakar uang’ ini sudah dilakukan bank digital sejak tahun lalu.

Aksi korporasi dan ekspansi inilah yang membuat tidak semua saham bank digital ikut melonjak tajam. Padahal, ada sekitar 40 bank kecil yang saat ini memiliki label bank digital. Misal saham PT Bank MNC International Tbk (BABP) dan  PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO). Sejak awal memang harganya naik, tetapi tidak sesignfikan saham BBHI,  BBYB, dan BNBA.

Blue chips lebih baik

Teguh bilang, setiap tahunnya terdapat rotasi sektor yang menjadi primadona pasar. Tahun ini, mungkin bank digital sudah naik panggung, namun kemungkinan tahun depan  sektor bisa saja sektor lain yang bisa  menjadi primadona. “Agak susah bila kita mengharapkan satu sektor untuk naik 2 tahun sampai 3 tahun,” kata Teguh.

Bisa saja, tahun depan bank-bank kecil ini sudah  berhenti melakukan promosi secara gencar ketika nama banknya sudah dikenal publik dan  sahamnya sudah naik tinggi. Setelah itu, Teguh mengatakan, pelaku pasar akan kembali melihat kinerja perusahaan seperti laporan keuangan, apakah perusahaan  tersebut berhasil  mencetak keuntungan ataukah tidak.

“Ketika mereka sudah tidak jorjoran promosi dan pelalu pasar melihat aspek laporan keuangan, kemungkinan sahamnya bisa turun lagi. Saat itulah sektor lain yang mungkin naik,” imbuh dia.

Namun, Teguh memperkirakan, sektor yang erat dengan aspek teknologi masih akan digandrungi di tahun depan. Namun, teknologi yang dia maksud tidak sebatas emiten bank digital, bisa juga e-commerce, periklanan digital, dan media.

Kembali lagi, tidak ada jaminan bahwa saham di sektor tersebut akan naik banyak, dan mungkin hanya saham-saham tertentu yang akan naik. Dus, Teguh menilai akan lebih aman jika pelaku pasar mencermati saham-saham blue chips.

Dia mengatakan, masih banyak saham-saham blue chips yang murah, seperi PT Astra International Tbk (ASII), PT Perushaan Gas Negara Tbk (PGAS),  dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Saham ASII pada perdagangan Jumat (24/12) ditutup di level Rp 5.675, turun 50 poin atau melemah 0,87% dari sehari sebelumnya. Sepanjang tahun ini, saham ASII turun 550 poin atau -8,84%.

Itulah dereta saham paling untung tahun 2021 dan prospeknya mendatang. Ingat, disclaimer on, artikel ini bukan mengajak Anda membeli atau menjual saham tertentu. Sebelum berinvestasi saham, pahami dahulu risikonya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×