Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Adi Wikanto
Blue chips lebih baik
Teguh bilang, setiap tahunnya terdapat rotasi sektor yang menjadi primadona pasar. Tahun ini, mungkin bank digital sudah naik panggung, namun kemungkinan tahun depan sektor bisa saja sektor lain yang bisa menjadi primadona. “Agak susah bila kita mengharapkan satu sektor untuk naik 2 tahun sampai 3 tahun,” kata Teguh.
Bisa saja, tahun depan bank-bank kecil ini sudah berhenti melakukan promosi secara gencar ketika nama banknya sudah dikenal publik dan sahamnya sudah naik tinggi. Setelah itu, Teguh mengatakan, pelaku pasar akan kembali melihat kinerja perusahaan seperti laporan keuangan, apakah perusahaan tersebut berhasil mencetak keuntungan ataukah tidak.
“Ketika mereka sudah tidak jorjoran promosi dan pelalu pasar melihat aspek laporan keuangan, kemungkinan sahamnya bisa turun lagi. Saat itulah sektor lain yang mungkin naik,” imbuh dia.
Namun, Teguh memperkirakan, sektor yang erat dengan aspek teknologi masih akan digandrungi di tahun depan. Namun, teknologi yang dia maksud tidak sebatas emiten bank digital, bisa juga e-commerce, periklanan digital, dan media.
Kembali lagi, tidak ada jaminan bahwa saham di sektor tersebut akan naik banyak, dan mungkin hanya saham-saham tertentu yang akan naik. Dus, Teguh menilai akan lebih aman jika pelaku pasar mencermati saham-saham blue chips.
Dia mengatakan, masih banyak saham-saham blue chips yang murah, seperi PT Astra International Tbk (ASII), PT Perushaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Saham ASII pada perdagangan Jumat (24/12) ditutup di level Rp 5.675, turun 50 poin atau melemah 0,87% dari sehari sebelumnya. Sepanjang tahun ini, saham ASII turun 550 poin atau -8,84%.
Itulah dereta saham paling untung tahun 2021 dan prospeknya mendatang. Ingat, disclaimer on, artikel ini bukan mengajak Anda membeli atau menjual saham tertentu. Sebelum berinvestasi saham, pahami dahulu risikonya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News