Reporter: Leni Wandira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) pasang target penjualan konservatif pada tahun ini. Lantaran, perusahaan masih melihat kondisi ekonomi saat ini masih mengalami banyak tantangan.
Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan neto PZZA sebesar Rp 3,54 triliun pada akhir 2023. Angka itu turun 1,94% year on year (YoY) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,61 triliun.
"Kita konservatif untuk tahun ini, seiring dengan kondisi makroekonomi Indonesia yang mengalami banyak tantangan," ujar Boy Lukito, Direktur Operasional Pizza Hut kepada Kontan, Rabu (10/7).
Kata dia, fenomena pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi daya beli masyarakat.
"Dengan dolar AS yang tinggi, tentu saja daya beli masyarakat juga ada adjustment dari situ jadi kami tidak menargetkan tinggi-tinggi," sambungnya.
Baca Juga: Pizza Hut Gelontorkan Rp 500 Juta untuk Belanja Motor Listrik
Boy menambahkan, perusahaan tentunya terdampak efek dari pelemahan rupiah. Pasalnya, emiten makanan dan minuman masih butuh sebagian bahan bakunya untuk diimpor.
"Tentu saja (ada dampak dari pelemahan rupiah). Pastinya juga berdampak bagi semua industri di Indonesia di mana bahan baku masih dari luar negeri itu pasti terimbas," jelasnya.
Bos PZZA itu mengungkapkan bahwa perusahaan butuh untuk mengimpor bahan baku gandum dan keju. Kata dia, 99% produksi keledai itu adanya di AS, kemudian di Argentina.
"99% keledai itu produksinya dari Amerika, Argentina dan Kanada. Dan itu menggunakan dolar, jadi seluruh industri terimbas kalau dolar menguat," jelasnya.
Kendati demikian, PZZA akui bahwa porsi impornya masih lebih kecil dari pada penyerapan bahan baku dari domestik. Porsinya masih di bawah 50%.
Dan untuk memitigasi imbas penguatan nilai dolar AS tersebut, pihaknya masih menyiapkan inovasi yang membuat daya beli masyarakat terhadap Pizza Hut meningkat.
"Tapi porsi impor bahan baku kita masih di bawah 50%. Masih reasonable. Kalau tepung dan sayuran itu kita serap dari petani binaan kami. Tentu saja kami siapkan inovasi untuk meningkatkan penjualan, karena kalau salesnya bagus, maka semua isu beres.
Terlepas dari semua itu, perusahaan tentu optimistis untuk mencatatkan kinerja keuangan yang positif. " kalau optimisme selalu ada terus ya. Tapi kita lihat saja nanti di akhir Desember tahun ini bagaimana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News