Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks LQ45 mencatatkan rapor merah di sepanjang semester I-2021. Dalam periode tersebut, indeks LQ45 mengalami koreksi hingga 9,63%. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh 0,11% dalam periode yang sama.
Di tengah tertekannya kinerja indeks LQ45, beberapa saham di indeks LQ45 masih mampu mencatatkan kinerja yang ciamik. Tengok saja saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang mampu mencatatkan kenaikan hingga 96,93% sepanjang paruh pertama tahun ini.
TBIG berhasil menjadi saham dengan kinerja paling baik di antara saham indeks LQ45 lainnya.
Baca Juga: IHSG stagnan di 6.039 pada perdagangan Jumat (9/7), asing borong TLKM, BMRI, INCO
Berikut lima besar saham LQ45 yang mencatatkan kenaikan tertinggi di semester I 2021:
Sumber: RTI
Head of Research NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengungkapkan, performa apik saham TBIG karena secara umum bisnis menara telekomunikasi memang mendapat guyuran sentimen positif selama pandemi Covid-19. Dengan semakin banyaknya kegiatan berbasis online, maka TBIG diuntungkan oleh meningkatnya kebutuhan data.
“Hal ini pada akhirnya juga berimbas positif pada pertumbuhan laba TBIG pada kuartal I-2021 kemarin. Tak mengherankan harga sahamnya pun naik tinggi,” kata Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Jumat (9/7).
Sebagai informasi, TBIG membukukan pendapatan sebesar Rp 1,42 triliun pada kuartal I-2021 atau naik 12,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,26 triliun.
Dari segi bottom line, TBIG mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 265,9 miliar. Jumlah tersebut meningkat 16,35% dibanding laba bersih kuartal I tahun lalu yang sebesar Rp 228,54 miliar.
Baca Juga: Iniah saham yang diprediksi masuk kelompok Indeks LQ45 pada Juli 2021
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas juga melihat kenaikan permintaan data jadi sentimen positif untuk TBIG. Pada akhirnya, emiten dari sektor menara dianggap sebagai saham defensive di tengah kondisi saat ini.
Hal ini juga tercermin dari pergerakan harga saham emiten menara lainnya, yakni, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang berhasil tumbuh 31,52%. Dengan kenaikan tersebut, TOWR pun menjadi emiten dengan kenaikan harga saham ketiga tertinggi di antara saham indeks LQ45.
Lebih lanjut, dari segi prospek, Sukarno menilai TBIG juga diuntungkan dengan persiapan para operator telekomunikasi yang tengah menyiapkan jaringan 5G untuk ke depannya. Hal ini membuat saham TBIG menjadi pilihan investor, terutama para Manajer Investasi sepanjang paruh pertama tahun ini.
Memasuki semester kedua, Sukarno memproyeksikan, pergerakan harga saham TBIG akan berkonsultasi dengan kecenderungan melemah. Namun, akan diikuti dengan rebound dan berpotensi untuk terus menguat hingga akhir tahun.
“Sampai akhir tahun bisa terus menguat selagi trennya masih naik. Selain minat investor terhadap saham ini relatif tinggi, secara kinerja, TBIG maupun TOWR diproyeksikan bisa terus tumbuh ke depan,” imbuh Sukarno.
Baca Juga: BEI kocok ulang konstituen LQ45, simak saham yang berotensi keluar dan masuk
Sedangkan, Anggaraksa melihat TBIG masih berpeluang untuk mempertahankan kinerja baiknya pada sisa tahun ini. Hanya saja, dengan kenaikan harga yang sudah cukup signifikan, potensi kenaikan lanjutan pun cenderung terbatas.
Apalagi, ia menilai pergerakan harga saham TBIG juga berpotensi dipengaruhi oleh perkembangan rencana divestasi dari pemegang saham utamanya. Oleh karena itu, NH Korindo saat ini merekomendasikan hold saham TBIG dengan target harga Rp 3.200
Anggaraksa justru melihat saham-saham sektor telekomunikasi di indeks LQ45 akan menjadi yang paling unggul di paruh kedua tahun ini. Sentimen seperti pemberlakuan PPKM Darurat akan menyebabkan kebutuhan data semakin meningkat seiring keperluan aktivitas secara daring juga meningkat.
“Adapun pergeseran lifestyle ke arah digital juga akan terus berlanjut. Selain itu, sektor ini juga berpotensi diramaikan oleh kedatangan satu emiten yang cukup besar yaitu Mitratel,” terang Anggaraksa.
Anggaraksa menjadikan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebagai top pick di antara saham LQ45 lainnya. Ia memasang target harga Rp 4.400 per saham untuk TLKM dan Rp 3.150 per saham untuk EXCL.
Sedangkan, Sukarno melihat saham-saham sektor batubara di LQ45 masih menarik untuk dikoleksi. Menurutnya, saham-saham tersebut hanya menunggu momentum untuk kembali menguat. Oleh karena itu, ketika ada penurunan harga sahamnya, ia merekomendasikan untuk akumulasi buy secara bertahap.
Baca Juga: Mayoritas saham rokok turun di awal Juli 2021, begini prospeknya ke depan
Berikut masing-masing rekomendasi empat saham di indeks LQ45 dengan kenaikan harga paling tinggi sepanjang paruh pertama tahun ini:
1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
TBIG sepanjang kuartal I-2021 berhasil menambah 811 penyewa baru di mana 252 merupakan penyewa menara dan 559 merupakan menara kolokasi. TBIG dianggap tidak akan kesulitan mencapai targetnya karena perolehan tersebut telah memenuhi 27% dari target 3.000 penyewa baru untuk tahun ini. Tenancy ratio TBIG juga berhasil naik dari 1,96x pada kuartal IV-2020 menjadi 1,98x pada kuartal I-2021.
Analis NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar merekomendasikan untuk hold saham TBIG dengan target harga Rp 3.200 per saham.
2. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
Di tengah pandemi Covid-19, penjualan produk smartphone dan tablet ERAA berhasil tumbuh 47,8% yoy pada kuartal I-2021. Walaupun pembatasan sosial masih diberlakukan, permintaan terhadap produk ERAA diperkirakan masih akan stabil. ERAA juga mendapatkan sentimen positif seiring berlakunya aturan IMEI yang semakin memperbaiki kompetisi di pasar smartphone Indonesia.
Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya merekomendasikan beli saham ERAA dengan target harga Rp 860 per saham.
3. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Fase awal pengembangan jaringan 5G akan membutuhkan banyak jaringan fiber. Dalam hal ini, TOWR yang memiliki bisnis jaringan fiber lewat iForte akan diuntungkan dengan meningkatnya permintaan jaringan fiber. Per kuartal I-2021, TOWR tercatat mempunyai lebih dari 46.000 jaringan fiber optic dengan sumbangsih pendapatan sebesar Rp 114,3 miliar
Analis Trimegah Sekuritas Richardson Raymond merekomendasikan beli saham TOWR dengan target harga Rp 1.800 per saham
4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
MDKA sempat menghadapi insiden pergeseran permukaan tanah di tambang emas Tujuh Bukit pada September tahun lalu. Akibatnya, produksi dan penjualan MDKA pun terganggu. Walau begitu, perbaikan pada heap leach pad diperkirakan rampung pada akhir kuartal II-2021 dan diharapkan bisa beroperasi normal pada kuartal III-2021. Hal ini akan membantu pemulihan produksi dan penjualan MDKA pada tahun ini.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati merekomendasikan netral untuk saham MDKA dengan target harga Rp 3.160 per saham.
Selanjutnya: Dinilai berprospek menarik, simak rekomendasi analis untuk saham ICBP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News