kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inflasi China menekan harga aluminium


Kamis, 11 Januari 2018 / 06:30 WIB
Inflasi China menekan harga aluminium


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sajian data ekonomi China yang memburuk menyebabkan tekanan pada harga komoditas logam industri, tak terkecuali aluminium. Selasa (9/1), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 1,03% ke US$ 2.152,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sementara, dalam sepekan terakhir harga sudah anjlok 4,95%.

Kejatuhan harga aluminium mulai terjadi setelah China mengumumkan tingkat inflasinya. Sebelumnya, pasar memprediksi inflasi tahunan China di Desember 2017 mencapai 1,9%. Tapi ternyata realisasinya, inflasi Tiongkok hanya mencapai 1,8%. 

Realisasi itu cuma naik tipis dari inflasi tahunan di November yang mencapai 1,7%. “Ini dianggap pasar sebagai perlambatan di sektor produsen, maka mempengaruhi harga komoditas,” kata Andri Hardianto, Analis Asia Tradepoint Futures, Rabu (10/1). 

Tambah lagi, pemerintah China mengeluarkan berbagai kebijakan demi mengurangi polusi. Alhasil, beberapa produsen aluminium juga mulai membatasi produksinya. “Biro Statistik China sejauh ini telah memperkirakan pasokan aluminium daur ulang asal China pada tahun ini akan ketat,” tambah dia. 

Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga mulai melakukan pembatasan pengiriman aluminium dari China. Ini dilakukan setelah AS menemukan sejumlah perusahaan aluminium China memproses komoditas tersebut di Vietnam, sebelum diekspor ke AS, untuk mengurangi pajak. “Ini jadi sentimen negatif untuk aluminium,” ujar Andri.

Toh, Andri masih optimistis harga aluminium masih bisa menguat. Alasannya, permintaan sektor otomotif masih tinggi. Tapi untuk jangka pendek, perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi China tetap menjadi sentimen negatif yang bisa menekan harga.

Karena itu, Andri memprediksi, harga aluminium hari ini masih melemah. Harga akan bergerak di kisaran  US$ 2.120- US$ 2.150 per metrik ton. Sedangkan dalam periode sepekan ke depan, harga berpotensi berbalik arah dan menguat terbatas. Harga aluminium akan bergerak di kisaran US$ 2.157- US 2.100 per metrik ton di periode itu.

Secara teknikal, harga aluminium telah  menunjukkan sinyal pelemahan. Harganya masih berada di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. 

Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di level -2,9. Sedangkan indikator stochastic dan indikator relative srength index (RSI) berada di area netral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×