Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan sejumlah lembaga riset komoditas membeberkan angka produksi aluminium China lebih besar daripada versi resmi pemerintah. Ini memberikan indikasi bahwa pasokan aluminium sedang melimpah.
Karena itu, wajar jika para pelaku pasar merespons data tersebut dengan aksi profit taking. Hal ini lantas membuat harga komoditas ini merosot dalam jangka pendek.
Harga aluminium di bursa London Metal Exchange untuk kontrak tiga bulan pada Jumat (5/1) terkoreksi sebanyak 2,11% dibanding sehari sebelumnya, menjadi sebesar US$ 2.202,5 per metrik ton. Sepekan kemarin, harga terpangkas sekitar 2,9%.
Mengutip informasi Reuters, akhir pekan lalu, beberapa perusahaan riset dan konsultan bidang tambang, yakni AZ China Ltd., CM Group dan Shanghai Metal Market, merilis data yang memperkirakan produksi aluminium China pada November lalu mencapai 2,91 juta ton. Angka ini jauh lebih besar dari data yang dirilis Biro Statistik Nasional China pada periode sama, yakni hanya 2,35 juta ton.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, berita tersebut memicu aksi ambil untung oleh pelaku pasar, lantaran harga sudah terlalu tinggi. "Ini adalah informasi yang ditunggu pasar, yaitu informasi pasokan berlebih, sehingga dimanfaatkan untuk profit taking," kata Ibrahim pada KONTAN, Senin (8/1).
Namun, secara umum, Ibrahim melihat prospek harga aluminium awal tahun ini masih positif. Pasalnya, data manufaktur China masih positif. Ini menjadi indikasi kegiatan industri dan pembangunan di negara tersebut masih kuat.
Hal ini terlihat dari indeks Caixin Manufacturing Purchasing Manager Inventory pada Desember 2017 yang berada di level 51,5 dan Caixin Services PMI yang berada di level 53,9. Realisasi tersebut melampaui perkiraan pasar dan pencapaian pada periode sebelumnya.
Pada perdagangan hari ini , Selasa (9/1), Ibrahim melihat harga aluminium masih akan melanjutkan koreksi. Secara teknikal, indikator bollinger band bergerak 20% di atas bollinger bawah. Moving average (MA) juga memberikan sinyal koreksi.
Adapun indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di level 70% mengarah turun. Begitu juga dengan indikator stochastic dan relative strength index (RSI) yang bergulir di level 60%, mengindikasikan penurunan harga.
Hari ini (9/1), Ibrahim memperkirakan harga aluminium akan bergerak dengan rentang pergerakan US$ 2.201,20–US$ 2.202,30 per metrik ton. Sedangkan untuk sepekan ke depan, pergerakan harga akan melebar dengan kecenderungan naik, yakni di kisaran US$ 2.197,50–US$ 2.205,10 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News