kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren aluminium positif di jangka panjang


Rabu, 10 Januari 2018 / 18:49 WIB
Tren aluminium positif di jangka panjang


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rilis data inflasi China yang sedikit mengecewakan dan temuan masuknya aluminium asal China ke Amerika Serikat (AS) melalui Vietnam menjadi sentimen negatif yang menekan pergerakan harga komoditas logam industri ini. Namun, untuk jangka panjang, aluminium diyakini masih dalam tren positif.

Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan produksi aluminium China yang tengah turun sejak tahun lalu bisa menjadi katalis penyeimbang. Kebijakan pemerintah yang mulai berusaha mengurangi tingkat polusi membuat beberapa produsen mulai membatasi produksinya.

“Biro Statistik China sejauh ini telah memperkirakan pasokan aluminium daur ulang asal China pada 2018 akan ketat,” paparnya, Rabu (10/1).

Menurut Andri, untuk jangka panjang sebenarnya harga aluminium masih mampu menguat. Di tengah pasokan yang terbatas, permintaan dari sektor otomotif diprediksi masih tinggi. Namun, untuk jangka pendek perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi China tetap menjadi sentimen negatif yang membayangi tren positif.

Namun, Andri masih belum bisa menebak potensi pergerakan aluminium hingga akhir kuartal I nanti. Alasannya hingga perayaan tahun baru China rampung, aktivitas pasar masih belum stabil. Pelaku pasar masih banyak yang belum aktif dan ada unsur spekulatif.

“Mungkin di akhir kuartal I baru keliatan bagaimana prospek selanjutnya,” imbuhnya.

Secara teknikal hampir semua indikator menunjukkan sinyal pelemahan. Harganya masih berada di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di level -2,9. Sedangkan indikator stochastic dan indikator relative srength index (RSI) berada di area netral.

Dengan demikian, Andri menebak, Kamis (11/1), harga aluminium masih berpotensi melanjutkan pelemahan pada kisaran US$ 2.120- US$ 2.150 per metrik ton. Sedangkan sepekan ke depan, kemungkinan baru berbalik menguat terbatas pada area US$ 2.157-US 2.100 per metrik ton.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, Selasa (10/1), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di Lodon Metal Exchange turun 1,03% ke level US$ 2.152,50 per metrik ton. Sedangkan, dibanding sepekan sebelumnya penurunan sudah mencapai 4,95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×