Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aluminium berhasil mencatatkan diri sebagai logam industri yang memiliki kenaikan tertinggi sepanjang tahun 2017. Berbagai sentimen positif mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga China cukup berhasil menyokong penguatan hingga akhir tahun. Selama tahun 2017 kemarin harga aluminium telah menguat 33,96%.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (29/12) harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat melemah 0,70% ke level US$ 2.268 per metrik ton dari sebelumnya. Selama tahun 2017 kemarin harga aluminium telah menguat 33,96%.
Bangkitnya harga aluminium dimulai saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggulirkan rencana pembangunan di bidang infrastruktur. Meski rencana tersebut masih belum terwujud tetapi kabar tersebut telah memberi sentimen positif bagi harga aluminium di awal tahun.
Kemudian memasuki pertengahan tahun perhatian pasar kembali tertuju ke China. Rencana pemerintah negeri Tirai Bambu itu untuk menutup beberapa smelter aluminium ilegal dan mengurangi produksi demi menekan tingkat polusi udara mulai menjadi pertimbangan investor.
“Pengurangan kapasitas yang dilakukan oleh Beijing selama setahun terakhir telah membayangi setiap pergerakan pasar global,” ujar Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures.
Ditambah lagi aluminium juga masih diuntungkan dari kelangkaan pasokan biji bauksit. Permintaan yang kuat dari pabrik peleburan aluminium China yang tidak dapat terpenuhi justru mendorong harga menguat semakin tinggi. Menurutnya trend positif itu masih akan berlanjut hingga kuartal I 2018.
Asal tahu saja, seperti dilansir dari Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (29/12) harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat melemah 0,70% ke level US$ 2.268 per metrik ton dari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News