kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia relatif lebih baik dibandingkan emerging market lain


Senin, 12 November 2018 / 14:29 WIB
Indonesia relatif lebih baik dibandingkan emerging market lain
ILUSTRASI. Norico Gaman - Head Research BNI Sekuritas


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenangan Partai Demokrat di mid term election Amerika membawa angin segar di pasar negara berkembang. Pasar Indonesia menjadi salah satu yang menikmatinya termasuk juga penguatan rupiah. Apa yang bisa dipilih oleh para investor? Berikut ini analisis IHSG dari Norico Gaman Head Research BNI Securities.

Bagaimana Anda melihat kondisi pasar kita?

Kalau kita evaluasi selama tahun 2018 ini, tapi kondisi perekonomian ini memang sangat dipengaruhi juga dengan kondisi global, terutama faktor-faktor eksternal seperti dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Lalu kita juga lihat momentum pertumbuhan ekonomi di Amerika yang relatif cukup kuat, sehingga juga membawa dampak kepada penguatan kepada mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang lainnya.

Dan di sisi lain juga kita cermati langkah bank sentral Amerika Serikat The Fed yang menaikkan suku bunganya yang kami perkirakan bisa sampai 4 kali tahun ini dari proyeksi sebelumnya yang hanya 3 kali. Kan memberikan suatu indikasi bahwa The Fed menaikkan suku bunga relatif agresif dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal itulah yang membuat mata uang Amerika Serikat mengalami penguatannya dan ini juga berdampak kepada negara-negara lain terutama di negara-negara emerging market.

Yang akhirnya bagi negara yang memiliki kondisi fiskal atau kondisi ekonominya yang relatif lemah itu akan mengalami depresiasi mata uangnya yang cukup signifikan. Dan itu juga dialami Indonesia. Kalau kita lihat kondisi Indonesia itu terutama dari masalah fiskal, terutama karena current account deficit kita relatif cukup besar ya, bahkan di kuartal sebelumnya bisa minus 3% terhadap GDP. Ini berdampak terhadap pelemahan nilai tukar kita terhadap dolar Amerika sehingga sampai menembus 15 ribu.

Tapi di satu sisi juga kita lihat langkah-langkah antisipatif pemerintah untuk bisa mengurangi current account defisit, seperti mengurangi impor ya yang tidak produktif, lalu bagaimana juga menggalakkan potensi ekspor ya dan juga mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan melakukan efisiensi serta juga bagaimana menggalang pariwisata untuk mendapat devisa yang lebih besar. Dan itu adalah langkah-langkah yang sangat positif dan konstruktif untuk bisa menurunkan current account deficit.

Kita harap di kuartal ke 4 ini current account deficit itu bisa menurun, tidak lebih dari minus 3% atau secara rata-rata tahun ini tidak melampaui -3% terhadap GDP. Dan ini yang akan memberikan hal yang positif tentunya terhadap para investor terutama para investor global,  apalagi dalam kondisi perekonomian global yang relatif menurun. Tahun depan dari 3,8% itu akan turun jadi 3,6%  dari proyeksi sebelumnya yang dilakukan oleh IMF. Sementara Indonesia pun diprediksi IMF itu turun dari 5,2 menjadi 5,1% dan ini sebetulnya memberikan sesuatu yang negatif bagi para investor ketika melihat suatu negara atau perekonomian global itu mengalami suatu perlambatan.

Tapi kita juga harus ingat bahwa kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan beberapa negara di dunia, relatif lebih baik misalnya kita bandingkan dengan Turki, dengan Venezuela, Argentina atau pun negara Brasil. Namun kalau kita cermati dengan negara-negara di ASEAN atau kita ambil yang 5 besar, kondisi negara Indonesia relatif tidak lebih baik dibandingkan negara-negara itu, seperti Singapura, Thailand, atau pun Malaysia dan Filipina. Tetapi kita melihat bahwa kondisi ekonomi Indonesia ini tidak mengarah kepada resesi.

Karena kita melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif, sehingga beberapa investor asing pun masih cukup yakin bahwa kondisi Indonesia ini lebih relatif lebih baik dibandingkan negara emerging market lainnya. Hal ini juga kita lihat beberapa waktu terakhir ini mulai masuknya capital inflow atau dana asing ke pasar modal kita, baik itu pasar obligasi atau pasar saham. Dan inilah juga yang membuat mata uang kita mengalami penguatan dari yang tadinya di atas 15 ribu rupiah per US dolarnya sekarang sudah mulai membaik ke level sekitar 14.800  rupiah per US dolarnya.

Di samping kita juga lihat mata uang mata uang dolar Amerika Serikat mulai mengalami pelemahannya, tetapi juga mata uang kita di antara beberapa negara ASEAN, justru mengalami penguatan yang lebih baik. Dan ini juga memberikan suatu refleksi positif, ya walaupun kondisi fiskal kita masih relatif lemah, tapi dari sisi moneter terutama kita lihat juga dari faktor inflasi yang masih terukur dan terjaga dengan baik ini juga memberikan dampak positif.

Di sisi lain juga kita lihat bahwa pemerintah juga akan selalu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang akan selalu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, termasuk kebijakan fiskal untuk mengurangi current account deficit yang membengkak. Dan ini sebenarnya menjadi suatu sentimen yang positif bagi para investor asing bahwa percaya pemerintah mampu mengelola keuangan negara dengan baik dan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level yang positif, walaupun tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, kalau kita bandingkan pada tahun lalu untuk pertumbuhan tahun ini. Demikian pula untuk tahun depan. Kita juga perhatikan pertumbuhan ekonomi tidak akan terlalu signifikan.

Berapa proyeksi dari Anda?

Kami dari BNI Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,16%. Sementara pada tahun 2019, kami proyeksikan sekitar 5,25%. Hal ini juga merespons ekspektasi momentum politik ya pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2019 juga diharapkan memberikan sentimen positif terhadap pasar modal Indonesia.

Kalau proyeksi Anda untuk IHSG?

Indeks sementara ini kami proyeksikan sekitar 6.700-6.900 untuk tahun depan. Untuk tahun ini kami proyeksikan sekitar 6.500. Jadi peningkatannya tidak terlalu signifikan ya, karena ini juga merespons dampak global terhadap ekonomi Indonesia. Termasuk juga masih diwarnai kondisi pelemahan rupiah pada tahun depan. Meskipun kita lihat dolar itu juga dalam jangka panjang berpotensi mengalami pelemahannya karena kondisi ekonomi di Amerika sudah mulai di titik puncaknya.

Bagaimana Anda melihat hasil mid term election di Amerika dan hubungannya dengan kita?

Kalau kita lihat dari hasil pemilihan mid term di Amerika Serikat, terutama dengan hasil house of representative atau DPR-nya yang didominasi oleh partai Demokrat dan senat itu dikuasai Partai Republik, tentunya ini memberikan suatu indikasi yang positif. Dengan melihat hasil kemarin itu pasar itu merespons positif kenapa, karena kita juga melihat dengan dominasinya partai Demokrat di house representative ini juga akan bisa merespons kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang dikuasai Partai Republik oleh Presiden Donald Trump dan kebijakan-kebijakan yang justru menghambat pertumbuhan ekonomi global atau yang bertentangan dengan kaidah-kaidah kerjasama internasional. Tentunya ini akan memberikan sentimen positif bagi para pelaku pasar. Terutama kita juga lihat, respons investor global itu juga melihat bahwa kondisi kebijakan pemerintah Amerika Serikat itu bisa lebih kondusif dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dan inilah juga yang memberikan suatu sentimen positif bagi para investor melihat bahwa ekonomi global bisa mengalami perbaikannya dalam waktu ke depan ini.

Untuk para investor, sektor-sektor apa saja yang sebaiknya dipilih?

Kalau melihat dari kondisi saat sekarang ini dengan adanya penguatan indeks dan membaiknya nilai tukar rupiah, tentunya sektor-sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional. Kita lihat dominasi pertumbuhan ekonomi kita itu masih disumbangkan oleh sektor konsumsi. Lalu kita juga lihat belanja pemerintah ya, terutama kita lihat di sektor infrastruktur.

Lalu juga kita lihat kontribusi ekspor yang diharapkan juga pertumbuhannya. Kalau kita lihat dalam waktu terakhir ini, kita kan selalu mengalami defisit perdagangan, karena ekspor kita juga tumbuhnya tidak tinggi tapi impornya tinggi. Dengan berkurangnya impor, diharapkan ekspor itu terus mengalami pertumbuhannya. Dan juga kita lihat dari sisi investasi yang selama beberapa waktu terakhir ini kan agak menurun ya. Terutama kita harapkan adalah investasi di sektor real, melalui foreign direct investment.

Jadi sektor yang perlu kita lihat yang cukup prospektif, misalnya di sektor konsumsi ya. Apalagi momentum tahun depan itu adalah momentum pemilu, biasanya konsumsi itu bisa mengalami pertumbuhan yang lebih baik karena banyaknya konsumsi di masyarakat.

Lalu yang kedua kita lihat sektor pertambangan, ya terutama pertambangan batubara dan pertambangan logam yang harganya sudah mengalami apresiasi dan ini juga kita lihat di pasar modal kita, kinerja indeks pertambangan itu mengungguli kinerja indeks saham gabungan dari awal tahun hingga saat ini. Ini juga memberikan sentimen positif tentunya terhadap potensi apresiasi beberapa saham sektor pertambangan.

Lalu juga kita lihat, sektor telekomunikasi ya yang diharapkan juga bisa tumbuh positif hingga tahun depan, serta juga kita lihat adalah industri dasar. Ya kita harapkan ini bisa menopang pertumbuhan yang lebih baik terutama industri semen ya. Dengan membaiknya lagi kondisi ekonomi kita pada tahun depan dan mulai dijalankannya lagi proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan juga dengan adanya pembangunan sektor properti ini juga akan mendukung industri-industri jasa lainnya.

Tetapi juga sangat hati-hati dengan tren naiknya suku bunga, itu juga akan sangat mempengaruhi sektor-sektor yang akan terpengaruh atau memiliki sensitivitas yang cukup tinggi terhadap kenaikan suku bunga seperti sektor perbankan, sektor otomotif dan termasuk juga sektor properti ya. Tapi kita harus lihat secara cermat, bahwa apakah kenaikan suku bunga ini pada tahun depan itu akan lebih rendah dari tahun ini. Kalau lebih rendah tentunya ini akan memberikan sentimen positif, karena tahun ini kita lihat kenaikan suku bunga dalam negeri terutama seven days reverse repo itu naiknya agresif dibandingkan tahun lalu. Dan ini yang juga perlu kita lihat bahwa kalau The Fed menaikkan suku bunganya tahun depan tidak terlalu agresif, kurang lebih kita perkirakan 2 atau 3 kali, tentunya kita harap BI juga akan melakukan hal yang serupa. Sehingga kenaikan 7 days reverse repo atau suku bunga acuan di dalam negeri itu tidak terlalu tinggi dan ini juga akan sangat kita perhatikan bagaimana arah pergerakan nilai tukar rupiah pada ke depan. Yang kita harapkan bisa dijaga tidak melampaui 15 ribu rupiah per US dolar, walaupun pemerintah sudah menetapkan bahwa nilai tukar pada tahun 2019 adalah 15 ribu per US dolarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×