Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelebihan pasokan semen hingga persaingan yang ketat diyakini masih menjadi tantangan bagi PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sepanjang tahun ini. Namun, emiten ini diyakini akan lebih siap menghadapi tantangan tersebut.
Menurut Selvi Ocktaviani, analis NH Korindo Sekuritas, INTP dapat mengantisipasi kelebihan pasokan dengan berupaya menjadi pemasok semen pada proyek infrastruktur strategis secara jangka panjang.
Di samping itu, emiten semen Grup Salim ini juga bisa terus melakukan efisiensi biaya. “Dibandingkan pemain semen lainnya, INTP sejauh ini masih menjadi emiten dengan biaya pengeluaran terendah,” ujar Selvi, hari ini (3/1).
Senada, Fahressi Fahalmesta, analis Ciptadana Sekuritas Asia menilai, proyek-proyek infrastruktur bisa menjadi andalan bagi INTP untuk mendulang keuntungan dari penjualan semen sekaligus meminimalisir lemahnya permintaan dari sektor properti.
Apalagi, pada tahun lalu emiten ini juga sudah berhasil dalam memanfaatkan momentum maraknya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Ini terlihat dari kontribusi penjualan semen curah INTP yang meningkat dari 24,2% di kuartal III-2017 menjadi 25,5% pada kuartal III-2018. Perlu diketahui, semen curah menjadi jenis semen yang digunakan dalam proyek infrastruktur.
Dia juga menambahkan, upaya konsolidasi emiten-emiten lain seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tidak akan mengganggu daya saing dari INTP. Bahkan, SMGR selaku pemilik pangsa pasar terbesar berpeluang menaikkan lagi harga jual semennya.
Jika itu terjadi, maka INTP juga berpotensi ikut menaikkan harga jual semennya di masa mendatang. “INTP bisa merasakan dampak tidak langsung akuisisi yang melibatkan SMGR dan SMCB,” ujarnya, hari ini.
Dengan sentimen akuisisi yang dilakukan pihak pesaing pula INTP bisa meminimalisir potensi pengurangan nilai pangsa pasar sepanjang tahun 2019. Sebagai catatan, hingga November lalu, pangsa pasar INTP berada di level 25,55%.
Sebelum masuk tahun 2018, INTP memang kerap mengalami penurunan pangsa pasar akibat banyaknya pemain semen baru di saat suplai semen begitu melimpah di pasar. Kondisi makin pelik setelah pemain baru tersebut kerap menjual semen dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang produk milik INTP.
“Sekarang hal itu sulit dilakukan karena emiten-emiten kelas kakap bisa lebih leluasa mengontrol harga semen berbekal pangsa pasar yang makin membesar,” ungkap Fahressi.
Dia pun masih merekomendasikan hold saham INTP dengan target Rp 18.150 per saham. Prediksinya, pendapatan INTP akan mencapai Rp 15,25 triliun sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 1,15 triliun pada tahun ini.
Rekomendasi hold juga disematkan oleh Selvi dengan target Rp 19.950 per saham. Hari ini, harga saham INTP berada di Rp 18.550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News