Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menyiapkan sejumlah rencana ekspansi untuk mendongkrak kontribusi dari bisnis non-batubara. ITMG bakal menggenjot segmen Energi Baru & Terbarukan (EBT) hingga menjajaki potensi bisnis mineral strategis.
Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali mengungkapkan ITMG memiliki tiga pilar bisnis, yakni pertambangan (mining), jasa di bidang energi (energy services) serta energi terbarukan. Hingga saat ini, kontribusi terbesar dan fokus utama ITMG masih berada di pertambangan batubara.
Tapi ITMG tak mau ketinggalan dari sejumlah emiten batubara lainnya yang getol melakukan diversifikasi. Yulius bilang, ITMG akan berupaya menggenjot kontribusi dari bisnis non-batubara hingga bisa mencapai 20% dari laba dalam lima tahun ke depan.
ITMG pun telah menyusun sejumlah rencana ekspansi. Pertama, ITMG menjajaki bisnis mineral strategis dengan melirik komoditas nikel dan tembaga. Yulius belum membeberkan secara rinci rencana ekspansi di segmen ini.
Baca Juga: Pendapatan Habco Trans Maritima (HATM) Tumbuh 55% Menjadi Rp 575,67 Miliar Pada 2023
Yulius mengatakan, saat ini ITMG masih melakukan uji tuntas (due dilligence) dan sedang dalam pembicaraan dengan sejumlah pihak. Langkah ini dilakukan untuk menjajaki potensi akuisisi pada aset tambang nikel dan tembaga di wilayah Sulawesi dan Kalimantan.
ITMG menilai nikel masih menjadi komoditas yang penting sebagai bagian dari hilirisasi dan rantai industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Begitu juga dengan tembaga, apalagi di dalam tambang tembaga ada potensi mineral ikutan emas dan perak.
"Kami percaya prospeknya masih bagus seiring perkembangan industri EV. Tapi belum bisa memastikan (kapan rencana akuisisi akan terealisasi) masih dalam pembicaraan dan due dilligence," kata Yulius pada Media Briefing yang digelar Kamis (29/2).
Kedua, ITMG akan terus menambah portofolio di pilar energi terbarukan melalui ekspansi secara organik maupun anorganik. Melalui proyek-proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau solar PV dan solar rooftop, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) serta melirik peluang di carbon offset & trading.
Yulius menyampaikan, ITMG membuka peluang akuisisi pada proyek PLTS maupun PLTA. Sepanjang tahun lalu, ITMG berhasil mendongkrak hingga tiga kali lipat kapasitas PLTS menjadi sebesar 24,8 MWp. ITMG pun telah mengakuisisi 65% saham PT Centra Multi Suryanesia Aset (Suryanesia).
Suryanesia merupakan perusahaan penyedia layanan energi surya dan pengoperasian pembangkit listrik hibrida solar PV yang memasok sebagian kebutuhan energi operasional pertambangan di Bunyut, Kalimantan Timur.
Baca Juga: Produksi Naik, Indo Tambangraya (ITMG) Incar Penjualan Hingga 25,6 Juta Ton di 2024
Sementara itu, ITMG ingin mengembangkan portofolio di segmen hydro-power dengan menjajaki peluang akuisisi PLTA dengan kapasitas sekitar 100 MW.
Kemudian, ITMG juga menggarap potensi hilirisasi batubara melalui gasifikasi bawah tanah (underground coal gasification). Dalam upaya ini, ITMG melalui PT Indominco Mandiri (IMM) telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Tekmira dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM).
Strategi ekspansi lainnya, ITMG akan mengembangkan lini bisnis logistik dan manajemen pelabuhan dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada.
"Pada tahun ini ITMG akan memberdayakan transformasinya sambil memperkuat bisnis inti pertambangan batubara. Arah pengembangan bisnis mencakup energi terbarukan, jasa energi, dan pertambangan, termasuk mineral strategis," ungkap Yulius.
Dari sederet rencana ekspansi tersebut, Yulius belum merinci berapa investasi yang disiapkan ITMG. Dia hanya menegaskan, ITMG punya kemampuan pendanaan yang kuat, hingga mencapai US$ 1,1 miliar. Termasuk posisi kas dan setara kas yang per akhir tahun 2023 mencapai US$ 851 juta.
Secara khusus, Yulius membeberkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) ITMG pada tahun ini yang mencapai US$ 96,5 juta. Sebagai gambaran saja, jika dikonversi dengan kurs saat ini Rp 15.715 per dolar AS, capex ITMG tahun 2024 setara Rp 1,51 triliun.
Capex tersebut dominan digunakan untuk kebutuhan tambang batubara (66%). Sisanya akan dipakai untuk mengembangkan jasa kontraktor pertambangan melalui PT Tambangraya Usaha Tama (TRUST) sebesar 11%, energi terbarukan (10%), proyek di area greenfield (9%) dan kebutuhan lainnya (2%).
Sebagai perbandingan, pada tahun lalu ITMG merealisasikan belanja modal senilai US$ 45,1 juta. Mayoritas terserap untuk kebutuhan tambang batubara (52%), pengembangan TRUST (18%), energi terbarukan (13%), proyek di area greenfield (13%) dan kebutuhan lainnya (4%).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News