Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membidik kenaikan volume produksi dan penjualan batubara pada tahun 2024. Pencapaian target tersebut akan ditopang oleh produksi dari dua tambang baru dan kontribusi dari usaha perdagangan batubara (coal trading business).
Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali membeberkan ITMG segera mengoperasikan dua tambang baru melalui dua anak usahanya, yakni PT Graha Panca Karsa (GPK) dan PT Tepian Indah Sukses (TIS).
"Keduanya sudah kami siapkan, harapannya pada akhir Maret atau awal April mulai berproduksi," kata Yulius dalam Media Briefing yang digelar Kamis (29/2).
Yulius melanjutkan, target produksi dari kedua tambang tersebut bisa mencapai 1,4 juta ton pada tahun ini. Dengan rincian 1 juta ton dari GPK dan 400.000 ton dari tambang TIS.
Baca Juga: Volume Produksi dan Penjualan Batubara Indo Tambangraya (ITMG) Kompak Naik pada 2023
Ditambah dengan produksi dari empat tambang eksisting, ITMG menargetkan bisa memproduksi batubara antara 19,5 juta ton hingga 20,2 juta ton. Sementara target produksi untuk kuartal I-2024 sebesar 4,6 juta ton.
Target volume produksi ITMG tahun ini meningkat dibandingkan realisasi pada tahun 2023 yang mencapai 16,9 juta ton. Sejalan dengan lonjakan produksi, ITMG juga mendongkrak volume penjualan.
Target penjualan batubara ITMG pada tahun ini mencapai 24,9 juta ton - 25,6 juta ton, yang berasal dari produksi dan bisnis trading coal. Sebagai perbandingan, volume penjualan batubara ITMG sepanjang tahun 2023 adalah 20,9 juta ton.
ITMG memasarkan batubara ke China dengan porsi 33%, ke pasar dalam negeri 24%, dan Jepang 14%. Sisanya diekspor ke negara lain seperti Filipina, Thailand, Bangladesh, India dan Malaysia.
Hanya saja, untuk target pendapatan dan laba bersih, Yulius belum merinci. Dia hanya memberikan gambaran, dengan asumsi level harga rata-rata alias Average Selling Price (ASP) batubara bisa terjaga seperti di tahun lalu, maka kinerja keuangan ITMG tahun ini bakal mengalami pertumbuhan.
"Kami berharap pendapatan pada 2024 akan tumbuh karena volume penjualan naik, dengan asumsi ASP sama seperti tahun lalu," ungkap Yulius.
Yulius memprediksi perkembangan situasi ekonomi global terutama di China dan India, bakal mempengaruhi permintaan dan tingkat harga batubara global. Yulius juga menekankan harga batubara saat ini relatif sudah ternormalisasi dibandingkan anomali pada tahun 2022.
Menurut Julius, situasi itu juga yang mengakibatkan penurunan pendapatan dan laba bersih ITMG sepanjang tahun lalu. Sebagai informasi, pendapatan pendapatan ITMG pada 2023 merosot 34,71% dibandingkan tahun 2022 (year on year/YoY) menjadi sebesar US$ 2,37 miliar.
Baca Juga: Harga Batubara Turun, Kinerja ITMG Tergerus
Sejalan dengan itu, laba bersih ITMG ikut terpangkas 58,30% (YoY) menjadi US$ 500,33 juta. "Jadi tergantung persepsi, sebenarnya (kinerja) 2023 tidak jelek, itu karena (harga batubara) 2022 terlalu bagus, tidak ada yang ekspektasi golden era saat itu," tandas Yulius.
Rekomendasi Saham ITMG
Dalam catatan Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, kinerja pendapatan dan laba bersih ITMG pada tahun 2023 relatif sesuai ekspektasi. Penurunan kinerja terjadi seiring dengan normalisasi harga batubara global.
Sedangkan Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer justru menilai performa full year 2023 ITMG cenderung di bawah ekspektasi.
"Memang pada tahun lalu bisnis ITMG kami nilai tertekan, tapi kami hanya mengekspektasikan penurunan performa sekitar 15%-20% dari sisi bottom line," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Kamis (29/2).
Sebagai proyeksi pada tahun ini, Khaer lebih menyoroti prospek industri batubara secara umum yang masih stagnan. Prediksi ini mempertimbangkan hingga kuartal I-2024 belum ada katalis yang signifikan mendongkrak sektor batubara.
"Dari sisi supply, di akhir tahun lalu sempat ada loncatan harga karena supply shock dan ketidakpastian regulasi pemerintah. Tapi katalis tersebut sudah larut dan harga sudah kembali turun," ungkap Khaer.
Baca Juga: Laba Bersih Tergerus 58%, Simak Prospek Saham Indo Tambangraya (ITMG)
Menimbang hal itu, Miftahul menyarankan wait and see untuk saham ITMG dengan mencermati level support di Rp 25.600 dan resistance pada Rp 27.300. Sementara itu, Felix menyematkan outlook netral untuk batubara dengan perkiraan harga sekitar US$ 120 per ton pada tahun ini.
Sejumlah faktor yang akan mempengaruhi adalah peningkatan produksi China dan India serta penurunan impor dari kedua negara tersebut seiring tingkat cadangan energi yang relatif masih terjaga. Adapun terhadap saham ITMG, Felix merekomendasikan hold dengan target harga di Rp 28.000.
Dari sisi pergerakan saham, menutup perdagangan bulan Februari, harga ITMG merosot 0,66% ke level Rp 26.200 pada Kamis (29/2). Secara year to date, ITMG mengakumulasi penguatan tipis 2,14%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News