kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

Indeks LQ45 Dikocok Ulang, Simak Prospek Emiten Konstituennya


Senin, 28 April 2025 / 20:59 WIB
Indeks LQ45 Dikocok Ulang, Simak Prospek Emiten Konstituennya
ILUSTRASI. Dana Asing Keluar - Suasana di pasar saham Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 0,99% ke posisi 6.678,92?pada Jumat (25/04/2025). Meski IHSG berada di zona hijau, dalam sepekan dana asing yang keluar mencapai Rp 2,01 Triliun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/04/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan kocok ulang alias rebalancing terhadap indeks LQ45 pada tanggal 24 April 2025.

Dalam evaluasi tersebut, tidak ada saham yang keluar dari indeks. Periode efektif konstituen dan jumlah saham penghitungan indeks berlaku mulai tanggal 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025.

Padahal, kinerja indeks LQ45 tercatat masih lemah. Bahkan, laju penurunannya lebih dalam dibandingkan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.

Per 28 April 2025, kinerja IHSG turun 5,04% secara year to date (YTD). Sementara, kinerja indeks LQ45 turun 8,82% YTD.

Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, rebalancing LQ45 itu sudah sesuai dengan factsheets milik Bursa yang selama ini dijadikan acuan.

Baca Juga: Cek Kinerja Bank LQ45 saat IHSG Naik Hari Senin (28/4), Ada BBRI, BRIS, dan BBCA

“Faktornya itu mengacu ke factsheet itu untuk penetapan konstituen,” ujarnya di Gedung BEI, Senin (28/4).

Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengungkapkan, keputusan BEI untuk tidak mengubah komposisi LQ45 pada evaluasi mayor April 2025 mencerminkan bahwa dari sisi likuiditas dan kapitalisasi pasar, seluruh konstituen masih memenuhi kriteria minimum. 

Meski begitu, dari sisi kinerja, indeks LQ45 memang mengalami tekanan cukup dalam, bahkan lebih buruk dibanding IHSG. Saham-saham big cap seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII tercatat menjadi pemberat utama secara YTD.

“Ini seiring tekanan eksternal seperti pelemahan rupiah, ketegangan dagang, serta tekanan margin dan konsumsi domestik yang melambat,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Dengan komposisi konstituen yang tetap, kinerja LQ45 dalam jangka pendek masih berpotensi menguat jika tekanan makro global mereda. Selain itu, ada sentimen positif yang berasal potensi pemangkasan suku bunga domestik dan global di semester II, serta upaya buyback dan stimulus fiskal pemerintah.

”Sentimen yang akan membayangi LQ45 antara lain arah suku bunga, dinamika nilai tukar, tensi geopolitik, dan rilis laba kuartal II yang bisa menjadi momentum pembalikan arah,” ungkapnya.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,99% ke 6.678 pada Jumat (25/4), UNVR, ARTO, CTRA Jadi Top Gainers LQ45

Di sisi lain, aliran dana asing ke pasar saham Indonesia, khususnya ke emiten LQ45, berpotensi kembali masuk apabila terdapat perbaikan pada kondisi makroekonomi global dan domestik. 

Namun, hingga saat ini, beberapa faktor masih menjadi penghambat utama.

Dari global, ada kebijakan tarif pemerintah Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang meningkatkan volatilitas pasar. “Ini membuat investor asing cenderung berhati-hati dalam menempatkan dananya di pasar negara berkembang, seperti Indonesia,” tuturnya.

Dari domestik, pelemahan nilai tukar rupiah, defisit fiskal, dan ketidakpastian kebijakan dalam negeri turut menekan kepercayaan investor asing. 

Sebagai contoh, pada Maret 2025, IHSG mengalami penurunan tajam sebesar 7% dalam satu hari, yang memicu penghentian perdagangan sementara. “Ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi dan politik Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Felix, ada beberapa momentum yang bisa mendorong kembalinya dana asing.

Pertama, stabilisasi kebijakan domestik. Langkah pemerintah dalam memperjelas arah kebijakan fiskal dan moneter dapat meningkatkan kepercayaan investor asing.?

Baca Juga: Cek Kinerja Bank LQ45 saat IHSG Naik Hari Senin (28/4), Ada BBRI, BRIS, dan BBCA

Kedua, pemangkasan suku bunga BI. Ketiga, perbaikan data ekonomi, seperti pertumbuhan PDB yang stabil dan inflasi yang terkendali.

Dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, kenaikan kinerja emiten LQ45 bisa mendorong penguatan IHSG secara keseluruhan. Namun, tanpa adanya perbaikan fundamental dan kejelasan kebijakan, aliran dana asing kemungkinan akan tetap terbatas dalam jangka pendek.

“Sehingga, penting bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif guna menarik kembali minat investor asing ke pasar modal Indonesia,” tuturnya.

Analis Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan, evaluasi LQ45 dilakukan berdasarkan kriteria likuiditas, kapitalisasi pasar, dan frekuensi transaksi. 

“Jadi jika tidak ada perubahan pada periode ini, berarti emiten dalam LQ45 masih memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Secara YTD, mayoritas saham LQ45 mengalami tekanan. Saham-saham yang menjadi pemberat utama indeks di antaranya adalah MAPA yang turun 40,19 YTD, ACES turun 34,81%, INCO turun 30,66% YTD, MBMA turun 28,38% YTD, dan AMRT turun 28,42% YTD.

Tekanan juga terlihat di saham-saham lain seperti AMMN, BRPT, ITMG, TOWR, BMRI, UNTR, BBCA, dan BBTN. 

Baca Juga: BI Rate Tetap 5,75%, Cek Emiten Perbankan Blue Chip LQ45 yang Naik Hari Rabu (23/4)

“Koreksi yang hampir menyeluruh ini disebabkan oleh kombinasi sentimen negatif, seperti kekhawatiran perang dagang global, penurunan outlook ekonomi domestik, ketidakpastian pertumbuhan, serta tekanan nilai tukar rupiah,” katanya.

Sementara itu, saham yang masih mencatatkan kinerja positif sejak awal tahun di antaranya ANTM 39,67% YTD, GOTO naik 17,14% YTD, PGAS naik 7,55% YTD, AKRA naik 7,14% YTD, BRIS 4,40% YTD, dan JSMR naik 3,46% YTD.

“Penguatan ANTM didukung oleh kenaikan harga emas dunia, serta GOTO yang menguat berkat aksi buyback dan perbaikan kinerja keuangan,” katanya.

Saat ini, momentum di LQ45 mulai membaik. Sentimen positif datang dari aksi buyback saham oleh perusahaan-perusahaan besar, net buy dari investor domestik, peningkatan rating kredit Indonesia, serta meredanya kekhawatiran terhadap perang dagang. 

Tantangan utama yang masih membayangi adalah tekanan terhadap rupiah dan net sell asing, yang apabila membaik, akan membuka peluang pemulihan yang lebih kuat pada indeks LQ45.

Baca Juga: Intip Top Losers LQ45 saat IHSG Naik Hari Kamis (17/4), Ada Saham BBTN, ACES, & KLBF

Ditambah lagi, laporan keuangan emiten-emiten LQ45 relatif stabil, sehingga secara fundamental masih mendukung optimisme akan kelanjutan penguatan indeks. 

“Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama terhadap potensi eskalasi baru dalam tensi perang dagang global,” paparnya.

Menurut Ekky emiten LQ45 yang bakal jadi jawara di tahun 2025 adalah ANTM, dengan katalis positif dari potensi kenaikan harga emas dan penguatan tema hilirisasi mineral nasional. Lalu, BRIS, yang tetap mencatat pertumbuhan di tengah tekanan sektor perbankan. Serta, JPFA dengan prospek permintaan sektor poultry yang membaik.

“Namun secara umum, mayoritas saham LQ45 tetap layak dikoleksi, terutama jika arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar Indonesia,” ungkapnya.

Saat ini, memang belum ada alasan fundamental yang cukup kuat bagi asing untuk kembali masuk ke pasar, selain faktor valuasi yang sudah mulai menarik. Momentum yang lebih besar kemungkinan baru akan muncul ketika terjadi penurunan suku bunga, baik di tingkat global maupun domestik.

Apabila dana asing kembali masuk, pasar secara umum berpotensi menguat secara lebih luas. ”Saham-saham sektor perbankan dan blue chip, yang biasanya menjadi tujuan utama investasi asing, akan menjadi motor penggerak kenaikan indeks,” tuturnya.

Dengan sentimen aliran dana asing, Ekky pun menyarankan investor untuk memerhatikan saham BRIS, JSMR, ANTM, dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 4.800 – Rp 5.000 per saham, Rp 5.400 – Rp 5.500 per saham, Rp 3.000 per saham, dan Rp 3.000 – Rp 3.200 per saham.

VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, penurunan kinerja LQ45 disebabkan tekanan pasar terhadap saham-saham blue chip akibat faktor eksternal. Sehingga, tidak ada perbedaan performa yang cukup besar untuk menggeser konstituen. 

“Selain itu, kinerja dan performance konstituen cenderung stabil, baik dari sisi likuiditas, kapitalisasi pasar atau kinerja keuangan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Baca Juga: IHSG Naik 0,66% ke 6.722, Top Gainers LQ45: BBTN, JPFA, dan MBMA, Senin (28/4)

Secara YTD, performa buruk di harga saham yakni dari emiten ritel dan barang baku. Hal ini dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global yang menekan harga komoditas dan juga kekhawatiran daya beli yang menurun akibat depresiasi rupiah hingga sempat terjadi deflasi.

Dengan konstituen eksisting, kinerja LQ45 akan berpotensi membaik seiring dengan perbaikan kinerja keuangan, kondisi dalam negeri yang masih resilien, pemulihan permintaan komoditas, serta pemangkasan suku bunga.

“Konstituen yang masih cukup kuat dan atau memiliki sentimen positif, yakni emiten barang baku yang related emas dan utilitas, seperti ANTM, MDKA,  dan PGAS,” tuturnya.

Audi pun merekomendasikan beli untuk BBCA, TLKM, BMRI, dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp 9.250 per saham, Rp 2.830 per saham, Rp 5.450 per saham, dan Rp 3.190 per saham. Sementara, rekomendasi trading buy untuk PGAS dengan target harga Rp 1.820 per saham.

Selanjutnya: IHSG Menguat, Simak Rekomendasi Teknikal Saham EXCL, ABMM, BNGA untuk Selasa (29/4)

Menarik Dibaca: CLEO Genjot Daur Ulang Sampah Plastik Melalui Program Cleo Ecobin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×