Reporter: Muhammad Musa | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,13% atau naik 9,19 poin ke angka 6.889,17 pada perdagangan Senin (24/6). Diproyeksikan IHSG cenderung mixed dengan support 6.818 dan resistance 6.950 pada Selasa (25/6).
Penguatan IHSG hari ini ditopang oleh sektor konsumen non-primer (IDX Consumer Cyclical) dan sektor teknologi (IDX Technology) masing-masing naik 2,19% dan 1,38%. Adapun sektor properti dan real estate turun sebesar 0,79%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus memproyeksikan, IHSG akan bergerak di rentang level 6.840 – 6.900 pada Selasa (25/6). Menurutnya, apabila sentimen dan data ekonomi mendukung, IHSG akan menuju 7.000 level psikologis pertama.
Dalam penjelasannya, para pelaku pasar bersikap wait and see sebab menantikan perilisan data perekonomian Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis dan Jumat pekan ini.
Data GDP Growth Rate Quartal on Quartal (QoQ) diproyeksikan menurun dari 3,4% menjadi 1,3%. Sementara pada hari Jumat, Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index Month on Month (MoM) diproyeksikan menurun dari 0,2% menjadi 0,1%.
Baca Juga: IHSG Naik 0,13% ke Level 6.889 Senin (24/6), CPIN, ARTO dan BUKA Top Gainers di LQ45
“Kedua hal tersebut diharapkan menurun sesuai proyeksi agar pemangkasan suku bunga The Fed dapat terjadi di tahun ini,” kata Maximilianus kepada Kontan, Senin (24/6).
Sedangkan dari Jepang, risalah rapat kebijakan terakhir Bank of Japan (BoJ) pada Senin (24/6), menunjukkan ada banyak diskusi tentang pengurangan pembelian obligasi dan kenaikan suku bunga.
Dirinya melihat, setidaknya terdapat lima sentimen yang akan menanti pada semester kedua. Pertama, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed yang diperkirakan akan jatuh antara bulan September atau Desember. Kedua, potensi penurunan harga minyak dunia pada bulan Agustus. Ketiga, potensi penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia apabila The Fed memangkas pada bulan September.
Adapun dua sentimen lainnya dari aspek politik meliputi pelantikan presiden Indonesia dan susunan menteri berikutnya.
Menurutnya, pelaku pasar dapat memperhatikan saham-saham yang telah mengalami koreksi dan memiliki fundamental bagus. Menurutnya, hal ini dapat menjadi momen yang tepat untuk melakukan akumulasi beli.
Selain itu, pelaku pasar juga perlu memperhatikan potensi valuasi di masa yang akan datang, sehingga mampu memberikan potensial upside.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi memproyeksikan, IHSG akan bergerak mixed cenderung terbatas dalam rentang level support 6.818 dan resistance 6.950. Hal ini terlihat dari Indikator Relative Strength Index (RSI) yang mulai terbatas penguatannya serta indikator Moving average convergence/divergence (MACD) belum terjadi golden cross.
Baca Juga: Magenta Kapital Sekuritas Resmi Jadi Anggota Bursa, Dapat Kode Broker PI
Menurutnya, pelemahan dollar indeks akan memberikan sedikit angin segar untuk Rupiah dan pasar. Kendati demikian, investor cenderung bersikap menahan dikarenakan tengah menantikan rilis data kinerja kuartal II-2024.
“Kami berpandangan penguatan ini masih prematur untuk mengatakan terjadi pembalikan tren di IHSG,” kata Oktavianus kepada Kontan, Senin (24/6).
Dirinya menilai, apabila rilis kinerja kuartal II-2024 tumbuh positif terlebih pada saham blue chip, maka hal ini menunjukkan kondisi ekonomi yang kuat dan mulai terjadi pelonggaran kebijakan moneter. Dengan demikian, hal ini akan menjadi konfirmasi dan pendorong penguatan IHSG di semester II-2024.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan, IHSG rawan bergerak terkoreksi dengan support 6.823 dan resistance 6.944 pada Selasa (25/6). Menurutnya, IHSG masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah.
Secara teknikal Herditya mencermati saham DOID dengan target harga Rp 535 – Rp 560, MARK berkisar di level Rp 940 – Rp 960, dan BULL di harga Rp 140 – Rp 150.
Sedangkan, Oktavianus merekomendasikan pelaku pasar untuk dapat mengkoleksi saham blue chip yang tengah terkoreksi dan menjauh dari nilai intrinsiknya.
Menurutnya, investor dapat buy on break pada saham AKRA dengan target harga Rp 1.650 atau berkisar di support Rp 1.570 dan resistance Rp 1.780.
Selain itu, investor dapat “trading buy” pada saham PGAS, dan CPIN masing-masing di kisaran Rp 1.470- Rp 1.615 dan Rp 4.930 - Rp 5.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News