Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan kembali mengumumkan kebijakannya pada pertengahan pekan ini. Beberapa analis memprediksi BI akan mempertahankan suku bunganya di level 5%.
"Berdasarkan kondisi makro dalam negeri dan juga perkembangan ekonomi di Amerika Serikat (AS) terkait proyeksi The Fed maka saya prediksi suku bunga masih dipertahankan," jelas Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Jumat (16/1).
Baca Juga: Analis ini melihat IHSG berpeluang konsolidasi melemah pekan depan
Hal ini juga sejalan dengan ekspektasi pasar, lantaran belum ada katalis kuat yang membuat suku bunga perlu diturunkan. Apalagi saat ini rupiah cenderung menguat bila dibandingkan dengan Dollar AS.
Saat ini pun, Wawan mengatakan IHSG sudah bergerak dengan ekspektasi suku bunga tetap. Bila terjadi penurunan, bisa membuat saham terkait keuangan kembali diburu. Dus, investor tetap disarankan fokus pada saham-saham berkapitalisasi besar terutama perbankan.
Analis Artha Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto juga memproyeksikan BI akan menahan suku bunga, karena belum ada urgensi untuk kembali menurunkan. "Kurs kita saat ini masih dalam tren penguatan dan hal ini saya lihat baik untuk perekonomian di mana potensi defisit neraca perdagangan akan semakin mengecil," jelas Nugroho.
Proyeksi penahanan suku bunga tersebut juga didukung oleh kondisi ekspor yang meningkat karena terdorong harga crude palm oil (CPO). Adapun nilai ekspor Desember 2019 sebesar US$ 14,47 miliar atau naik 3,77% bila dibanding November 2019.
Baca Juga: AS-China capai kesepakatan dagang, sampai kapan investor asing net buy?
Jumlah tersebut juga menunjukkan peningkatan 1,28% secara tahunan (yoy) dimana nilai ekspor non-migas tumbuh 5,78% secara tahunan dari US$ 12,58 miliar menjadi US$ 13,31 miliar.
Sepanjang 2019, defisit neraca dagang juga tercatat turun dari US$ 8,70 miliar menjadi US$ 3,2 miliar. "Jadi saya lihat BI akan cenderung menahan suku bunga, market juga berekspektasi demikian," jelas dia.
Dengan penahanan suku bunga, Nugroho melihat akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Pasar akan beranggapan bahwa saat ini Indonesia belum memerlukan stimulus dalam bentuk kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan.
Lebih lanjut, dengan penahanan suku bunga, nilai tukar dengan dolar AS juga berpotensi untuk terus menguat. Sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor lebih diuntungkan atas hal ini seperti KLBF, SRIL dan TPIA.
Baca Juga: Saham perbankan dan pertambangan banyak diburu asing sejak awal tahun
Sementara itu, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee Hans melihat pekan ini pasar lebih banyak digerakkan oleh laba korporasi. Menurutnya, di awal musim laporan keuangan mencatatkan data yang baik.
"Dari 7% perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan keuangannya, menurut data FactSet 76,5% perusahaan membukukan laba lebih baik dari perkiraan," jelas Hans.
Diperkirakan ekspektasi keuntungan perusahaan menurun pada periode pelaporan kali ini. FactSet memperkirakan laba S&P 500 berpeluang turun 2% pada kuartal keempat secara year-over-year.
Sedangkan sebagian analis memperkirakan laba emiten pada indeks S&P 500 berpeluang turun 0,8% pada kuartal keempat. Tetapi analis memperkirakan terjadi kenaikan laba 5,8% pada kuartal pertama 2020.
Baca Juga: IHSG menguat dalam sepekan, ini sebabnya
Melihat data yang ada, Hans memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi melemah pekan ini dengan support di level 6.255 sampai 6.218 dan resistance di level 6.300 sampai 6.348. "Pelaku pasar di rekomendasikan SOS ketika pasar menguat," jelas Hans.
Sementara Nugroho memprediksi pergerakan IHSG sepanjang minggu depan cenderung menurun dengan rentang pergerakan di 6.277 - 6.320.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News