Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing tercatat kembali tertarik masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini tercermin dari data aliran dana asing yang kembali meningkat. Para analis menyebutkan bahwa potensi penurunan suku bunga Federal Reserve menjadi penggerak utama aliran dana asing ke emerging markets, termasuk Indonesia
Melansir RTI, aliran dana asing tercatat masuk ke pasar saham domestik sebesar Rp 352,9 miliar di pasar reguler hari ini (19/8). Dalam sebulan terakhir, aliran dana asing yang masuk ke bursa sebesar Rp 4,31 triliun di pasar reguler.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik ke level 7.466 pada perdagangan hari ini. IHSG sudah naik 2,32% dalam sepekan dan 1,98% dalam sebulan. Secara year to date (YtD), IHSG menguat 2,67%.
Pada perdagangan hari ini, BBCA menjadi saham yang paling banyak dibeli asing, yaitu sebesar Rp 256,2 miliar. Lalu, disusul BMRI yang dibeli asing Rp 140,3 miliar, ASII dibeli asing Rp 74,1 miliar, BREN dibeli asing Rp 51,9 miliar, dan BBNI dibeli asing Rp 39,9 miliar.
Sebulan terakhir, saham yang banyak dikoleksi asing di pasar regular adalah BMRI sebanyak Rp 2,1 triliun. Lalu, BBCA yang dibeli asing Rp 1,9 triliun, ASII Rp 604,3 miliar, ADRO Rp 280,6 miliar, dan JPFA Rp 268,6 miliar.
Baca Juga: Waspada! IHSG Rawan Berpotensi Berbalik Melemah Pada Perdagangan Selasa (20/8)
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, masuknya aliran dana asing ke bursa domestik disebabkan oleh penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan prospek penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan September.
“Aliran dana asing masih akan masuk ke bursa domestik jika rupiah tidak kembali melemah jauh dari asumsi pasar,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Senin (19/8).
Budi melihat, saat ini beberapa saham sudah memberikan sinyal untuk layak dibeli baik itu untuk investor asing maupun lokal. Di akhir tahun 2024, dia memperkirakan IHSG bisa ke level 7.800 dan dalam 12 bulan ke depan akan ke level 8.100.
Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin pun mengatakan aliran dana asing disebabkan oleh ekspektasi pemangkasan Fed Fund Rate pada September yang makin kuat.
“Masih kuatnya ekonomi Indonesia hal ini masih menjadi daya tarik bagi investor asing,” ujar dia kepada Kontan, Senin (19/8).
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.477 Hari Ini (19/8), BBCA, BMRI, ASII Paling Banyak Net Buy Asing
Saat ini, kondisi pasar masih belum begitu kondusif secara global. Sebab, ada potensi kenaikan suku bunga dari Bank of Japan (BoJ), perang di Timur Tengah yang masih belum usai, serta pemilihan presiden AS. Hal-hal tersebut juga akan menjadi sentimen ke depannya bagi pergerakan IHSG.
“Dari domestik, pelaku pasar juga menunggu kebijakan pada presiden baru yang diharapkan bisa mendorong perekonomian dalam negeri, sehingga bisa meminimalisir efek dari sentimen global,” papar dia.
Analis Phillip Sekuritas Helen Vincentia dan Jasa Adhimulya melihat, penggerak IHSG dan aliran dana asing sejak pekan lalu adalah sentimen rilis kinerja keuangan dan ekspektasi penurunan suku bunga bank The Fed. PDB Indonesia ditargetkan akan berada di level 4,7%-5,5% di tahun 2024.
“Setelah melaju di kuartal I, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan turun hingga kuartal III,” ujarnya kepada Kontan, Senin (19/8).
Jasa melihat, saat ini belum ada sentimen yang bisa mendorong permintaan dalam negeri untuk bisa meningkat lebih cepat. Phillip Sekuritas memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan besar masih akan ditopang oleh perbaikan ekspor dan dukungan kebijakan pemerintah.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal Saham CAMP, TLKM, BRMS, MDKA untuk Selasa (20/8)
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama pun mengatakan bahwa penguatan IHSG dan masuknya aliran dana asing masih disebabkan oleh optimisme pasar atas potensi penurunan suku bunga The Fed.
Sentimen dari domestik berasal dari pidato Presiden Jokowi yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi bisa ada di level 5,2% dan inflasi masih terjaga di tahun 2025.
“Investor juga masih menunggu hasil dari Jackson Hole Symposium yang akan digelar pada akhir pekan ini. Dari sini, akan terlihat apakah The Fed akan segera menerapkan pelonggaran kebijakan moneternya pada awal September,” tuturnya.
Sentimen global lain berasal dari rilis data PMI Eropa yang diperkirakan akan meningkat. Sementara, kenaikan harga emas dunia juga akan jadi perhatian para investor. "Dari domestik, investor asing akan melihat kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan transaksi berjalan di kuartal II 2024,” paparnya.
Baca Juga: Perkuat Posisi di Pasar Data Center, Telkom (TLKM) Bakal Menggelar Ekspansi
Direktur Eksekutif JP Morgan Indonesia Henry Wibowo melihat, rancangan APBN 2025 yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pidato tanggal 16 Agustus 2024 masih bagus karena sejumlah kebijakan fiskal masih berlanjut didukung oleh dukungan dari transisi pemerintahan baru.
Hal ini dinilai bisa menstimulasi aliran dana ke pasar obligasi dan pasar saham, sehingga memberikan sentimen positif ke sektor perbankan dari segi aliran dana dan likuiditas.
“Sektor kesehatan dan pendidikan juga terkena sentimen positif. Sebaliknya, sektor konsumer dan infrastruktur masih belum mendapatkan sentimen positif yang berarti,” ujarnya kepada Kontan, Senin (19/8).
Asal tahu saja, setidaknya ada lima poin utama dalam pidato Presiden Jokowi.
- Defisit fiskal diproyeksikan sebesar 2,5% dari PDB pada tahun 2025, turun dari 2,7% di tahun 2024.
- Program Makan Siang Gratis dianggarkan sebesar Rp 71 triliun, sekitar 0,3% dari PDB dari awalnya 2% PDB yang sempat menyebabkan kekhawatiran
- Belanja pemerintah untuk subsidi dan bantuan sosial (bansos) di tahun 2025 diperkirakan akan tetap datar atau sedikit menurun di kisaran 0%-3% secara tahunan
- Anggaran infrastruktur diperkirakan turun 5% secara tahunan menjadi US$ 26 miliar, dengan pengurangan anggaran untuk pembangunan IKN, menunjukkan ketergantungan yang lebih besar pada investasi sektor swasta di proyek IKN
- Sektor pendidikan dan kesehatan masih akan jadi agenda utama di tahun 2025 dengan anggaran sebesar masing-masing US$ 45 miliar dan US$ 12 miliar. Anggaran tersebut masing-masing naik 24% dan 5% secara tahunan.
Rancangan APBN Tahun 2025 memproyeksikan pertumbuhan PDB akan mencapai 5,% tahun depan. Inflasi diperkirakan akan turun menjadi 2,5% pada tahun 2025. Asumsi rupiah di Rp 16.100 per dolar AS dan imbal hasil SUN tenor 10 tahun diprediksi 7,1%.
Dengan sentimen tersebut, kondisi ekonomi dan pasar saham Indonesia diproyeksikan masih baik. Katalis dalam jangka pendek adalah penurunan suku bunga The Fed yang akan terjadi pada akhir tahun 2024.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Paling Ciamik, Saham Apa Saja Favorit MI?
Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham
Shin merekomendasikan sektor perbankan, saham infrastruktur yang sudah terdiskon, serta sektor energi yang bisa menjadi alternatif.
Shin merekomendasikan beli untuk BMRI dengan target harga Rp 8.500 per saham, BBCA Rp 11.000 per saham, BBRI Rp 5.700 per saham, TLKM Rp 3.500 per saham, ASII Rp 5.400 per saham, PTBA Rp 3.040 per saham, ADRO Rp 3.260 per saham, dan ITMG Rp 28.700 per saham.
“Potensi kenaikan harga atau target konservatif 5%-15% dalam 12 bulan ke depan,” paparnya.
Phillip Sekuritas menargetkan IHSG akan berada di level 8.336 di akhir tahun 2024 pada skenario bullish. Dalam skenario bearish, IHSG akan berada di level 7.649 di akhir tahun 2024. Base case ada di level 7.957.
Sektor industri, consumer staples, consumer discretionary, energi, material, kesehatan, dan real estate akan menarik untuk diakumulasi investor, termasuk investor asing.
Dari sektor industri, saham yang bisa dipilih ada PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL).
Lalu, dari sektor consumer staples, ada PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Dari sektor consumer discretionary ada PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS).
Kemudian, dari sektor energi, ada saham PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Sillo Maritime Perdana Tbk (SHIP) yang bisa dipilih investor. Dari sektor material, ada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB). Dari sektor kesehatan, ada PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). Dari sektor real estate ada PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Baca Juga: IHSG Berpeluang Melaju Saat Transisi Pemerintahan, Simak Rekomendasi Saham Berikut
Henry merekomendasikan sektor perbankan (BMRI, BBRI, dan BBCA), properti (CTRA dan PWON), aset jangka panjang/internet (GOTO dan ARTO), dan sejumlah emiten berkinerja positif dengan valuasi menarik (MAPI, ISAT, dan UNTR).
Nafan mengatakan bahwa investor asing suka dengan sektor infrastruktur, finansial, industri, transportasi, properti, dan konsumer siklikal. Ke depannya, sektor itu pun masih akan jadi favorit investor asing.
IHSG diproyeksikan akan berada di level 7.585 pada akhir tahun 2024. BI dinilai masih akan terbatas dalam menurunkan suku bunga lantaran kurs rupiah masih tertekan terhadap dolar AS.
Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk ASII, BBNI, BBRI, BMRI, BSDE, INDF, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 5.075 per saham, Rp 5.500 per saham, Rp 5.050 per saham, Rp 7.500 per saham, Rp 1.280 per saham, Rp 6.500 per saham, dan Rp 3.270 per saham.
Rekomendasi maintain buy diberikan untuk BBCA dengan target harga terdekat di Rp 10.650 per saham. Sementara, rekomendasi buy on weakness diberikan untuk CTRA dengan target harga terdekat di Rp 1.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News